23. gak mungkin

654 204 76
                                    

cocok om jadi supri, nama om beb juga hampir mirip tahhh, apri, sapri ke supri 😅😂

Apri POV

"Pri!"

Brakkk!!

Suara kak Febi di iringi pintu kamarku terbuka, mengakibatkan aku terkejut sampai handphone di tangan jatuh, untung jatuhnya ke karpet, coba ke lantai marmer, alamat retak-retak layarnya.

"Apaan sih kak? Kebiasaan deh lu kalau masuk kamar gue main masuk-masuk aja gak ngetok-ngetok pintu dulu" Sungutku sambil memungut handphone dan mengusap-usap layarnya pelan.

"Emangnya kebiasaan elu baca majalah dewasa masih lanjut sampe sekarang?" Kak Febi melangkah masuk lalu duduk di tepian ranjang.

"Ya udah nggak lah, masa baca majalah dewasa mulu, sekarang gue lagi nonton live pasangan lagi begituan, puas lu?!" Aku menegakkan punggung, posisiku duduk di atas karpet samping ranjang.

"Gila lu Pri! Gue aduin ke ibu ya, IBUUUU...mphhh..."

Aku langsung membekap mulut kak Febi yang sudah berteriak.

"Apaan sih?!" Kak Febi melepas bekapan mulutnya.

"Lagian bisanya ngadu-ngadu, gue lagi main game, gila aja siang-siang begini nontonin video porno, lawannya aja gak ada, bosen gue co...mphhh..."
Giliran kak Febi yang membekap mulutku.

"Dasar sinting! Bagus langsung gue bekap mulut lu. Makanya cepetan cari istri biar ada lawan" Kak Febi mentoyor keningku ke belakang setelah aku melepaskan tangannya dari mulutku.

"Berisik! Elu mau ngapain ke kamar gue?" Tanyaku mengingatkan kedatangannya yang tiba-tiba ke kamarku.

Kak Febi itu jarang ke kamarku kalau tidak ada keperluan yang mendesak.

"Okta, dia punya masalah apa sih sama atasan elu?" Tanya kak Febi langsung pada intinya.

"Ha? Maksudnya?" Tanyaku bingung lalu meletakkan handphone ke atas ranjang karena sepertinya pembicaraan ini akan menyita waktu dan perhatianku.

"Dari kemarinan itu anak ngomongin Jihan terus, dia atasan elu yang saudara tirinya Teddy, kan?" Kak Febi balik bertanya.

"Iya, Jihan atasan gue, Okta ngomongin apaan?"

Kak Febi menaikkan salah satu kakinya dan membiarkan satu kakinya yang lain menjutai ke bawah.

"Okta gak suka sama Jihan itu, katanya galak, terus suka ngomelin elu, Okta ngebandingin dia sama Manda, bla, bla, bla..."

"Memangnya Jihan itu segalak apa sih?" Tanya kak Febi.

"Ya lebih galak elu sih dari dia, awww..." Aku mengusap kepalaku setelah kak Febi menjitaknya kencang.

"Gue nanya serius" Katanya dengan mata melotot.

"Ya gue juga jawabnya serius, mana ada perempuan galak, lebih-lebih seorang kakak yang sering jitakin adiknya kaya elu begini" Kataku masih mengusap-usap kepalaku dengan mulut merengut.

"Kalau gak segalak gue, kenapa Okta sampe segitu keselnya sama Jihan? Memangnya atasan elu itu pernah ngomelin Okta juga?" Kak Febi kembali bertanya dan tidak menghiraukan protesanku setelah menjitak kepalaku.

"Mana gue tau, setau gue Jihan cuma ngomelin manajer artis gak mungkin ngomelin artisnya secara langsung"

"Secara artis-artis yang kami tanganin kan masih kecil-kecil, di omelin sama bos besar mana mungkin ngerti" Lanjutku.

"Terus kenapa Okta bisa sampe segitu kesalnya sama Jihan ya?" Gumam kak Febi.

"Mana gue tau, memang sih Okta it..." Aku langsung mengatup rapat mulutku karena teringat tidak seharusnya aku mengadu soal kelakuan Okta terhadap Jihan.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang