pusing ya om punya ponakan kek okta 😅😆
Apri POV
"Ti Lis yang sabar yaaa..."
Aku melihat Okta sedang menepuk-nepuk lengan Lilis sekretaris Jihan di ruang rias, mereka berdua duduk bersampingan di sofa yang berada di ruangan ini.
Aku sudah mencari Okta kemana-mana, ku pikir keponakanku itu sedang berjalan-jalan ke ruang syuting mengomentari model-model yang sedang syuting seperti kebiasaannya yang sudah-sudah, ternyata dia malah sedang berbicara dengan Lilis layaknya teman yang sedang curhat.
"Frau memang gitu, ti Lis sabar, kalau udah gak kuat berenti kerja aja terus nanti ngelamar kerja di tempat om beb"
Mataku melebar mendengar perkataan Okta ketika aku hampir mencapai sofa di mana mereka berada.
Ngelamar kerja di tempat gue? Di mana? Di Hongkong?
Keponakanku yang tengil itu kalau ngomong suka seenaknya saja.Dan barusan Okta memanggil Lilis apa? Ti Lis? Ti itu apa?
"Okta lagi ngapain?" Tanyaku lalu bergabung mengambil duduk di seberang mereka.
Okta menoleh ke arahku dengan wajah terkejut sedangkan Lilis menyeka air matanya sebelum menoleh padaku.
Lilis menangis? Mataku sampai memicing untuk melihatnya secara jelas.
"Gak liat Okta lagi bicara serius sama ti Lis?" Okta semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Lilis.
Okta belakangan ini makan apa sih? Kok sekarang jadi sentimen sama aku? Apa tertular dari ibu? Padahal ibu sekarang udah tidak sentimen lagi padaku.
"Tadi Okta ngomong apa? Nyuruh mbak Lilis ngelamar kerja di tempat om? Memangnya om punya kantor sendiri?" Tanyaku pada Okta.
Bocah tengil yang aku tanya menatapku lurus sedangkan aku melihat Lilis langsung menunduk.
"Ih om beb mah gitu, Okta kan lagi menghibur ti Lis, om beb ngomongnya jangan gitu dong, ti Lis jadi sedih lagi" Okta mencibir ke arahku, tetapi wajahnya langsung berubah ketika menoleh ke arah Lilis yang duduknya di samping Okta.
"Sini senderan di bahu Okta ti Lis" Okta memajukan pundaknya seiring tubuh mungilnya maju ke arah Lilis yang masih menunduk.
"Okta gak pernah deh nawarin bahu nya pas om sedih" Ucapku menyindir.
"Om beb mau senderan? Senderan aja di bahu jalan" Sahut Okta dengan wajah jenaka.
Ku dengar suara kekehan keluar dari mulut Lilis yang masih menunduk dalam.
"Yeayyy... ti Lis udah ketawa" Okta bertepuk tangan girang.
Lilis tampak menyeka sudut matanya dari balik kacamata yang dia gunakan.
"Maaf mas Apri, saya jadi malu karena mas Apri liat saya kaya begini" Lilis melirikku sekilas lalu kembali menunduk.
"Gak kenapa kok ti Lis, om beb malah udah biasa bikin perempuan nangis" Okta menyeletuk sambil menepuk-nepuk punggung tangan Lilis. Gayanya kalau begitu udah kaya ibu.
"Gimana, gimana?" Aku menatap Okta bingung. Awalnya aku ingin bertanya apa yang menyebabkan Lilis menangis, tetapi pertanyaanku malah melenceng setelah mendengar perkataan Okta.
"Om beb lupa dulu tuh sering bikin tante Manda nangis?" Tanya Okta.
Lilis mendongak melihat ke arah Okta dengan tatapan penuh minat.
"Kenapa kamu jadi nyebutin tante Manda terus sih belakangan ini?" Aku balik bertanya.
Sepertinya memang Okta kangen Amanda karena tanpa dia sadari menyebut nama teman sekolahku itu beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/5/22 - 2/1/23