Epilog

2.8K 132 28
                                        

Hai..
Selamat datang di epilog..
Sebelum baca, saya ingatkan kalian untuk tetap tenang ya hehe..

Jangan banyak berharap ya..

Happy Reading!!
Sorry for typo!!

Happy Reading!! Sorry for typo!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




°°°




Suara tangisan bayi terdengar begitu nyaring, hal itu membuat Cavero tak henti menggerakkan tubuhnya dan terus mencoba menghentikan tangis dari sang malaikat kecil.

Padahal Cavero sudah mengganti popoknya dan sudah memberikan botol susu tapi Luna menolak dengan terus menangis, jujur saja Cavero mulai frustasi sekarang karena tak mengerti apa keinginan anaknya yang masih belum bisa berbicara.

Begitu pula dengan Ratih yang juga bingung dengan sang cucu, Luna menolak untuk dia gendong tapi digendongan Cavero pun Luna tak kunjung berhenti menangis.

"Bawa ke Shavin aja, Ver."

Cavero pun mengangguk dan bersiap keluar kamar, dengan Ratih yang menjadi supir mereka pun pergi meninggalkan rumah.

"Tenang sayang, bentar lagi kita ketemu Mama."

"Udah dong, jangan nangis terus nanti Luna capek." Ucap Cavero lagi namun Luna terus menangis dipelukannya, tangis yang terdengar pilu bagi Cavero.

Setibanya di tempat tujuan mereka, Cavero langsung keluar dari mobil dan berjalan memasuki gerbang.

"Nah kita udah sampe di tempat Mama, sayang."

Cavero berjongkok dihadapan sebuah makam bernisan Arshavina Aluna, ajaibnya tangisan Luna langsung terhenti saat Cavero menduduki Luna diatas rumput makan sang istri.

Cavero tersenyum miris melihatnya, bukan ini yang dia mau. Sebesar apapun rasa sayangnya pada Luna, dia tak akan bisa menggantikan posisi Shavin untuk Luna.

"Cavero."

Merasa namanya terpanggil, Cavero mendongak dan melihat keberadaan Ratih yang baru tiba dengan bunga dan air ditangannya.

Cavero mengambil Luna agar duduk kembali di pangkuannya, kini bayi berusia lima bulan itu tak lagi menangis dipangkuan ayahnya.

Cavero mengambil botol air dari Ratih dan memegangkannya pada Luna yang tangan mungilnya dia tutupi dengan tangan besarnya, lalu Cavero pun menyiram air tersebut keatas rumput tempat sang istri berpulang dan setelah itu Cavero pun membantu Luna untuk menyimpan buket bunga didepan nisan sang istri.

"Mama udah tenang dan bahagia disana, sekarang giliran Papa sama Luna yang harus bahagia disini." Ucap Cavero pada Luna.

"Iya, sekarang giliran kalian yang harus bahagia."

𝐊𝐄𝐋𝐀𝐒 𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang