19. Healing

44 11 1
                                    

Suara batuk seseorang selalu terdengar dari dalam sebuah kamar sejak tadi. Wanita paruh baya yang sedang melakukan kegiatan masak pun bisa mendengarnya meskipun ada suara dari bahan masakan yang sedang dipanaskan di sana. Dia dengan cekatan mempersiapkan beberapa mangkok sampai sudah menatanya dengan rapih di atas nampan. 

"Aigoo... Aigoo... Kau seharusnya segera memeriksakan dirimu ke dokter, Chanyeol" Ibunya masuk ke kamar dan masih mendapati sang anak yang sibuk dengan batuknya. 

"A-aku baik-baik saja...."

"Apanya yang baik-baik saja? Kau sulit menghentikan batukmu sendiri sejak tadi. Lebih baik kau pergi ke klinik terdekat nanti"

"Aku akan mencobanya" Chanyeol masih berusaha mengatur nafasnya sendiri sambil duduk di atas tempat tidur. 

"Apa aku perlu menelepon Ayahmu supaya dia bisa mengantarmu ke sana?"

Lelaki itu mulai kesulitan bicara lagi dan hanya memberi isyarat tidak dengan tangannya. 

"Baiklah. Kalau begitu, makanlah ini sekarang"

Chanyeol membenarkan posisi duduknya supaya bisa memangku nampan yang dibawa Ibunya ke sana. Hawa hangat dari makanan bisa terasa di kedua pahanya dan membuatnya lebih nyaman.

"Makanlah secara perlahan. Aku akan mengambil minum untukmu"

Chanyeol mulai menikmati masakan buatan Ibunya itu dan bisa sedikit melegakan tenggorokannya sekarang. Meskipun masih harus menghadapi batuk serta flunya, namun dia tetap makan dengan lahap seperti belum memasukkan apapun ke dalam perutnya sejak semalam. 

"Kau harus banyak beristirahat dan jangan pergi kemanapun hari ini" Suara Ibunya terdengar saat kembali masuk ke kamar. 

"Kau tidak perlu khawatir, Ibu"

"Bagaimana aku tidak khawatir? Kau selalu meninggalkan pintu utama tidak terkunci seperti itu. Dan kau juga tidak memberiku kabar mengenai kesehatanmu ini. Kalau aku tidak datang tadi, mungkin kau akan semakin menderita seorang diri di sini"

Chanyeol sibuk menghabiskan makanannya lalu meminum air dari gelas yang dibawa Ibunya. 

"Beristirahatlah dari kegiatan berenang untuk sementara waktu. Kau bisa menularkan penyakitmu ini kepada orang lain"

"Iya..."

"Apa kau juga masih melatih Eunji di sana?"

"Minggu kemarin aku tidak bisa datang karena kepalaku terasa sangat sakit. Tapi besok sepertinya aku akan ke sana untuk mengawasinya lagi"

"Apa kau perlu melakukan hal itu?"

"Iya. Aku belum melihat secara langsung perkembangannya dan dia tidak membalas pesanku sejak beberapa hari yang lalu. Jadi aku harus datang supaya bisa menentukan tahapan latihan selanjutnya nanti"

"Dia mungkin akan langsung menyuruhmu pulang kalau tahu kondisimu seperti ini"

"Dia tidak akan perduli dan pasti hanya akan fokus pada latihannya"

"Bagaimana kau tahu mengenai hal itu?"

"Hanya dari firasat ku saja"

"Apa aku perlu memberitahu kesehatanmu padanya?"

"Apa? Tidak perlu, Ibu"

"Kalau dia tidak perduli akan hal itu, kenapa dia harus menanyakanmu padaku kemarin?"

"Apa?"

"Dia datang menghampiriku saat ingin pergi ke kantor dan bertanya apa kau baik-baik saja. Karena aku tidak mengetahui apapun mengenai kondisimu ini, jadi aku hanya menjawab kalau kau dalam keadaan sehat. Dan hal itu membuatku penasaran akan sesuatu sampai memutuskan untuk datang ke rumahmu hari ini"

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang