13. Perkara Liontin

280 23 3
                                    

Hallo selamat malam....

Jangan lupa follow, vote dan komen ya, supaya aku semangat buat update cerita inii!

Makasih buat yang selalu stay dicerita ini!

Selamat Malam:*

***

Setelah pulang hingga saat ini Meira dan Rayhan tidak saling berbicara. Mereka justru hanya diam dan tidak mau mengeluarkan suaranya. Pergerakan kecil dari Meira masih bisa Rayhan lihat, Perempuan itu masih tetap sama dengan sikapnya. Sama-sama tidak mau mengalah dan saling bungkam.

"Kalian ini teh kenapa atuh? Datang-datang langsung pada diem kaya gini, pada gak punya mulut ya?" Bi Inah menatap heran sepasang remaja yang duduk saling berjauhan. Ia meletakan dua cangkir cokelat panas beserta cemilannya di atas meja.

"Duduknya jauhan, udah kaya musuh aja," celetuk Bi Inah lagi. Membuat Meira dan Rayhan menatap wajah Bi Inah dengan kesal.

"Gak baik diem-dieman di satu ruangan, nanti ada setannya loh...."

"Kita diem Bi, gak ngapa-ngapain. Kalo ada setan berarti Rayhan setannya," jawab Meira ketus.

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Masih mending saya diem Bi, dari pada dia pelukan sama cowok di depan saya," jawab Rayhan tak mau kalah.

Meira dengan cepat menatap Rayhan, raut wajahnya sudah berubah menjadi kesal. Debaran emosi sedikit demi sedikit menggerogoti hatinya.

"Mending Bibi kasih tau dia deh, kalo bawa mobil jangan kaya orang kesetanan! Mati duluan tau rasa!" ujar Meira kesal.

Bi Inah berdecak sebal, ia sama sekali tidak mengerti dengan arah pembicaraan sepasang remaja itu.

"Kalian ngomongin apa sih? Bibi gak ngerti! Mending kalian bicarain semuanya baik-baik, dari pada harus berantem kaya gini!" Sembur Bi Inah, langkah kakinya meninggalkan sepasang remaja dengan keadaan yang masih sama. Mereka hanya bungkam dengan tatapan sengit satu sama lain.

"Pulang sana! Ngapain masih di sini?" usir Meira.

"Terserah aku dong! Mau pulang atau nggak, masalah buat kamu?" balas Rayhan.

"Masalah! Ini rumah aku dan aku gak mau kamu di sini!" tegas Meira. Namun, Rayhan tidak mendengarkan ucapan Meira, ia justru menyenderkan punggungnya pada sofa yang ia duduki.

"Pulang!" usir Meira lagi.

"Gak!"

"Bukannya minta maaf, malah bikin orang kesel!" ketus Meira. Kedua matanya memutar dengan malas.

"Minta maaf? Salah aku apa? Seharusnya kamu yang minta maaf sama aku," jawab Rayhan tak mau kalah.

"Aku? Minta maaf?" Tunjuk Meira pada dirinya sendiri. "Kamu yang seharusnya minta maaf! Kenapa jadi aku yang disalahin?" lanjut Meira.

Rayhan membenarkan posisinya, ia mengambil secangkir cokelat panasa lalu menyeruputnya dengan perlahan.

"Kamu lupa atau pura-pura lupa? Di cafe sana kamu pelukan sama cowok lain dan itu di depan mata aku!" Desis Rayhan.

RAYHAN 2 || Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang