36. Pertengkaran

197 19 8
                                    

Hallo semuanyaaaa
Apa kabar??

MAAF BANGET AKU BARU BISA UPDATE HARI INIIII

KARENA BADANKU KURANG FIT DAN TIDAK ENAK AKU MEMUTUSKAN UNTUK TIDAK BUKA WP BEBERAPA HARI.

JANGAN LUPA UNTUK VOTE, KOMEN DAN SHARE YAAAAA!

JANGAN LUPA FOLLOW IG : @ANESULISTIAA_
IG : @WATTPADANEE_
TT : @CEO OF HALU

SELAMAT MEMBACA :*

***

Meira terus menerus memeriksa Ponselnya, berharap jika Rayhan akan membalas pesan yang sudah ia kirimkan. Sudah hampir tiga jam ia menunggu kabar dari Rayhan untuk pergi ke salah satu Butik, tempat di mana mereka akan melangsungkan fitting baju. Namun, kedua matanya sama sekali tidak melihat tanda-tanda bahwa Rayhan akan segera tiba.

Meira menarik nafasnya panjang kemudian menghempaskan nya secara pelan. Apakah Rayhan benar-benar lupa dengan janjinya hari ini? Jika tidak lupa, lantas mengapa laki-laki itu tak kunjung datang?

Meira mencoba sekali lagi untuk menghubungi Rayhan, jika masih saja tidak ada jawaban, Meira akan pergi sendiri tanpa didampingi oleh Rayhan.

Meira tertawa miris, Rayhan benar-benar tega tidak menjawab panggilannya, bahkan dari semalam, laki-laki itu hanya membaca pesan dari Meira tanpa mau membalasnya.

Dengan perasaan kesal, Meira mengambil Sling bagnya kemudian melangkahkan kakinya menuju teras depan untuk bertemu dengan Pak Andi. Kali ini Meira akan meminta bantuan Pak Andi untuk mengantarnya ke sebuah Butik terkenal di Jakarta.

Setelah semuanya selesai, Pak Andi melajukkan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kali ini semuanya kacau akibat ulah Rayhan.

"Pak, langsung ke Butik aja ya, aku udah telat," pinta Meira kepada Pak Andi.

"Iya Non," jawab Pak Andi dengan pelan.

Setelah beberapa menit berada dalam perjalanan, saat ini Meira sudah berada di depan sebuah Butiq yang cukup mewah. Meira memejamkan kedua matanya sejenak setelah melihat benda bertuliskan Close tertempel di dalam pintu masuk.

Helaan nafas kecewa keluar dari hidung Meira. Ternyata sia-sia waktu yang Meira habiskan untuk datang ke tempat sebagus ini. Suasana Butiq sudah dalam keadaan tutup. Marah, kesal, bercampur menjadi satu bagian yang tidak bisa Meira luapkan begitu saja. Andai saja Rayhan dapat dihubungi dan tidak membuat Meira untuk menunggu, sudah sangat dipastikan jika dari awal ia akan pergi sendiri.

"Gimana Non, apa kita kembali ke rumah?" tanya Pak Andi dengan pelan. Laki-laki paruh baya itu sudah sangat paham jika Majikannya sedang berada dalam kekesalan.

"Kita ke Cafe aja Pak," jawab Meira sedikit kecewa.

Pak Andi tidak lagi menjawab, dia justru menyalakkan mesin mobilnya dan berlalu dari gedung Butiq itu menuju Cafe.

Sementara di sebuah ruangan, seorang laki-laki tengah fokus pada lembaran kertas di atas meja. Dari pagi hingga saat ini dia tidak dapat berkutik karena pekerjaannya yang menumpuk dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Setelah menyelesaikan beberapa laporan dan menandatanganinya, Rayhan dapat bernafas dengan lega karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, itu artinya waktu pulang telah tiba.

RAYHAN 2 || Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang