26. Masalah Hati

187 15 4
                                    

Hallo semuanyaaaaaa

Apa kabar???

MAAF BANGET AKHIR-AKHIR INI AKU JARANG UPDATE HUHUUU!

POKONYA BUAT KALIAN SEMUA JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAA!

JANGAN LUPA SHARE KE TEMEN-TEMEN KALIAN JUGAAAA!

SEMOGA KALIAN SUKA SAMA PART INI

SELAMAT MEMBACA:*

***

"Dik, are you okay?"

Andika menolehkan kepalanya. Ia menatap seorang perempuan yang sudah berdiri di hadapannya.

"Wajah gue keliatan banget ya, lagi sedih?" Andika tertawa pelan.

Meira yang mendengar itu dengan gerakan cepat duduk di samping Andika tepat melihat ke arah kolam berenang.

"Lo bisa cerita sama gue kalo mau," ujar Meira.

"Gue gak lagi kenapa-napa," jawab Andika.

"Kalo gak kenapa-napa, seharusnya lo gak murung kaya gini. Gue sengaja nyuruh kalian ke rumah buat hibur gue, seenggaknya bikin apa kek gitu," timpal Meira. Sejujurnya ia sedari tadi melihat Andika hanya melamun dan memisahkan diri dari para temannya. Tentu saja Meira bukan lagi anak kecil yang tidak mengerti keadaan sahabatnya saat ini.

Andika tertawa renyah mendengar pengakuan dari Meira. "Bisa aja lo!"

"Jadi, Andika ini sedang kenapa?" tanya Meira lagi.

"Gak papa Mei, gue baik-baik aja," jawab Andika berbohong.

"Dik, lo tau? Memendam semuanya sendiri itu bahkan lebih sakit dari pada memeluk kaktus. Seenggaknya lo bisa ceritain semuanya sama yang lain termasuk gue," ujar Meira.

"Gue tau saat ini lo lagi kebingungan dan mungkin butuh waktu lama buat mengatasi semuanya, bahkan yang gue liat lo lagi mencoba menghilangkan semua masalah yang lo dapat sekarang."

Andika menoleh Meira dengan cepat. Dari banyaknya perempuan dimuka bumi ini, mengapa Meira begitu mahir mengetahui apa yang saat ini ia rasakan. Bagaimana bisa Perempuan itu berbicara dengan tepat, sedangkan Andika saja belum memberitahu.

"Lo cenayang?" tanya Andika terkejut.

"Lo lupa kalo gue ambil jurusan Psikologi?"

Andika terdiam dan bungkam. Pantas saja Perempuan itu paham pada situasi yang sedang ia rasakan saat ini.

"Lo gak boleh mendem semuanya sendiri. Apapun masalahnya, lo harus bisa terbuka sama temen ataupun keluarga lo." Meira menatap Andika dengan lekat.

Andika menarik nafasnya panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Apa iya gue bego?"

Kedua alis Meira terangkat saat mendengar penuturan dari Andik. Entah kenapa rasanya kali ini berbeda, raut wajah Andika begitu memperlihatkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

RAYHAN 2 || Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang