32. Diam

7.2K 744 117
                                    

DIAM; MELESAT DENGAN CEPAT.

"Semakin dewasa semakin ga butuh dengan kata cinta. Cuman butuh di dengar akan sebuah cerita. Lalu menetap tanpa kata singgah."—Bunapy

"Aku butuh mereka yang dewasa. Mereka yang mengartikan keadan secara cermat. Tanpa ego ataupun kemarahan"—Aira Alma.

***Kita tidak pernah tau apa yang di rencanakan manusia lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***
Kita tidak pernah tau apa yang di rencanakan manusia lainnya. Kita tidak pernah tau apa yang ada dalam isi pikiran mereka. Ada yang pura pura menjadi teman, tapi menusuk dari belakang. Ada yang bercanda gurau, tapi membicarakanmu dari belakang.

Menafsirkan manusia adalah hal yang sulit. Mereka terlalu memiliki banyak muka. Terlalu gampang bilang ga papa. Padahal sakit luar biasa. Manusia itu pembohong yang ulung. Dengan ribuan alasan yang mereka gunakan.

Tapi ga papa, hidup ga bakalan seru kalo ga punya orang yang benci kamu. Bara ga pernah mempermasalahkan itu. Orang yang benci dengan dia dan ingin menghancurkan dia, adalah orang yang iri dan orang  yang ga pernah bisa berada di depannya. Laki laki itu hanya tersenyum miring jika memikirkan itu.

"Lo kemana aja?" Tanya Bara. Menatap sinis Cekra yang baru datang. "Lama." Ujarnya sambil bangkit dari duduknya.

"Muka Bara udah keruh anjing. Lo lama amat." Ujar Deon bisik bisik di samping Cekra.

"Gue ga tau kalo pada kumpul semua." Bisik Cekra. "Sorry guys ada urusan tadi." Ucap Cekra pada anggota yang lain, yang sedari tadi menunggu kehadiran laki laki itu.

"Kemana lo Bang?" Tanya Gilang. Calon inti G.O.VA angkatan 13.

"Menaklukan ibu negara, biasa." Jawab Cekra.

"Halah bilang aja ribut sama Vensha." Ucap Bams sambil lewat di samping Cekra, menyusul Bara di ruangan lain yang ada di markas. "Jangan jadi sok kegantengan lo Cek."

"Diem diem beda agama." Ejek Cekra.

"Lama lama muka lo pengen gue bogem Cek. Emosi gue." Ucap Bams. Laki laki itu kesal jika menyangkut Sajidah. Mereka semua tau. Bams hanya mengelak tentang perasaanya dengan perempuan itu. Karna mungkin Bams sadar, tembok penghalanganya sangat besar.

"Yuk bisa yuk sahadat!!!!" Seru Joko. "Gue tuntun sini Bams biar jadi mualap." Ujarnya lagi.

"Mualap mualap. Selesain dulu noh catatan agama lo yang di tagih pak Badar." Ujar Bams.

"Anjing gue masih bab tiga setan. Joki yok joki." Ucap Joko.

"Pinjem bukunya Miranda. Rangkum lagi nah." Ucap Deon. "Gue aja gitu. Yang penting selesai."

BARA BRAYUDANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang