19. Rapat

14.8K 1.6K 1.4K
                                    

RAPAT KELUARGA YUDANI

'lebih baik menghitung angka yang manjadi uang, dari pada menghitung angka yang hanya menjadi nilai.'

-Bara Brayudani-

Saat membaca ini, hal apa yang sedang kalian pikirkan atau rasakan?  Bukan tentang cerita ini. Tapi tentang kalian.

1000vote 1000komen

***

Bara duduk dengan santai dengan wajah datarnya di kursinya. Disampingnya ada kak Berlian yang memasang wajah sama seperti adiknya. Di depan keduanya ada laki laki remaja yang baru menginjak kelas XI, namanya Arva Bismayudani. Anak pertama dari omnya Bara yang bergelar letnan. Disampinya ada perempuan cantik yang duduk di bangku kelas IX, namanya adalah Binar Arunikayudani. Anak pertama dari tantenya Bara. Papah Bara sendiri lima bersaudara. Dua perempuan dan tiga laki laki. Cucu dari kakek Bara sendiri ada enam orang. Yang dua lagi masih kecil, hanya empat inilah yang sudah remaja.

"Binar ga mau ya kakek, pokoknya Binar ga mau." protes Binar yang tanganya ia letakan di atas meja. Orang yang paling tua di keluarga itu duduk santai di kursi pemimpin rapat. Bara menatap adik sepupunya itu sambil melipat tangannya di dada. Para orang tua duduk diam di sofa yang ada di ruangan.

"sama kaya Binar kek." ucap Arva tenang. Setenang lautan tanpa ombak.

"kalian bakalan limpahin semua kerjaan ke abang kalian?" tanya oma yang jengah dengan kedua cucunya ini. Terlalu keras kepala.

"iya," jawab mereka kompak.

"Arva, papah kamu aja bisa bagi waktu untuk semua ini." ucap kakeknya.

"tapi om Ruhman ga bisa." ucap Arva santai. Bara dari tadi diam, kedua adik sepupunya ini memang ingin terkena amukannya.

"kakek ini ngehalangin mimpi kita." ucap Binar tak suka.

"apa kabar dengan mimpi gue?" ucap Bara sinis. Binar menunduk melihat tatapan abang sepupunya itu. Binar tau, yang di rugikan banyak adalah abang Baranya.

"kalian bisa raih mimpi kalian. Kakek cuman mau kalian ambil alih sebagian
Y.IN ini. Kakek mau bagi ini semua rata sama kalian." ucap Kakeknya. Mereka sudah merundingkan ini semua jauh jauh hari, tapi semua tidak semudah itu. Untuk meyakinkan Bara saja cukup sulit.

"because of this we live comfortably stupid!" ucap Bara kasar.

"dari sini lo berdua, mau apa aja keturutan."

"lo berdua mau ini semua hilang gitu aja ga ada sisah? Ga inget usaha kakek? Ga inget berdirinya bangunan tingkat banyak gini gimana? Ga inget susahnya cari investor untuk pertana kali?" Bara menyudutkan kedua sepupunya. Para orang tua hanya diam. Kakenya membernakan ucapan Bara.

"mikir." jari Bara mengarah keningnya sendiri, "ga usah sok ga mau. Yang ga lo mauin ini yang ngejamin hidup lo
berdua."

"Arva gue tau lo pinter teknologi. Gue tau isi leptop lo semuanya tentang pembuatan aplikasi. Lo bisa." tekan Bara. Sekali laki laki itu meretas situs milik adik sepupunya.

"dan lo Binar. Gue yakin lo bisa di bidang pembuatan desain. Gambaran lo cukup di latih sedikit lagi." ucap Bara menatap Binar yang diam menatapnya juga.

BARA BRAYUDANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang