37. Senyum

3.2K 317 1.1K
                                    

SENYUM; KEPADA MEREKA YANG BAIK BAIK SAJA

"Aku tidak dendam, hanya tidak lupa saja." Bara Brayudani

***
Bara menghajar satu persatu anak anak SANTERA. Sedangkan Aira melihat semua kejadian itu di dekat mobil. Real selalu mendekatkan dirinya pada Aira, berusaha melindungi perempuan yang nampak tenang walaupun mencengkram ponselnya dengan erat. Ya, Airalah yang menghubungi anak anak G.O.VA karna Aira tahu, Bara kalah jumlah jika sendirian.

"ANJING LO BARA!!! SEMUANYA GARA GARA LO!!!" Teriak Leon penuh amarah walaupun langkahnya menjauh dari anak anak G.O.VA

"LIAT AJA G.O.VA BAKALAN SIRNA KAYA DIA BARA!!! HAHAHAHA!!!! G.O.VA BAKALAN MATI DI TANGAN SANTERAN DAN GIMBAL INGET ITU BARA!!!" Laki laki itu meludah seperti merendahkan G.O.VA. Lantas menyunggingkan senyum jahatnya.

Bara mengepalkan tanganya dengan dada naik turun. Laki laki yang berdiri tegap menatap kepergian SANTERA yang di pimpin Leon itu, tidak mengeluarkan sepatah katapun ataupun menghajar Leon dengan membabi buta. Bara hanya diam dengan pandangan tajam dan juga dada naik turun. Di sudut bibirnya terdapat darah karna bibirnya yang pecah akibat tinjuan.

"Itu itu... kenapa Leon bisa mimpin SANTERA?" Tanya Joko kebingungan dengan menghadap ke Bara.

"Mereka beneran gabung?" Tanyanya tak percaya, "gara gara masalah itu?"

"Nanti di pikiran lagi. Sekarang kita cabut dulu." Ucap Kevin menepuk bahu Joko untuk memeberi isyarat bahwa kondisi Bara sedang tidak baik baik saja.

***

Aira diam memeperhatikan Bara dari samping. Semenjak perkelahian tadi, Bara banyak diam dan tidak menjawab satupun pertanyaan teman temannya. Sedangkan lukanya sudah Aira obati.

"Kenapa?" Tanya Bara yang sadar Aira memperhatikannya sedari tadi.

Aira menggeleng, "kamu lagi ga baik baik aja." Ucap Aira. Bara tersenyum sebentar sebelum setelahnya mengacak puncak kepala Aira.

"Bara, senyum kamu itu terlihat baik baik saja. Padahal nyatanya enggak." Ucap Aira.

"Kenapa gitu?" Tanya Bara merasa aneh

Aira tersenyum, "enggak kenapa kenapa. Tapi lagi mikir aja, selama ini ternyata kamu tersenyum dalam rencana yang besar ya."

"Maksudnya?" Tanya Bara tak paham.

"Iya, selama ini kamu terlihat biasa saja, padahal memiliki dendam yang besar,"

Bara menukikan alisnya. "Maksud kamu, aku selalu senyum biasa aja, seolah olah ga ada apa apa, tapi punya tujuan yang besar?"

Aira menganggukan kepalanya, "besar yang kamu maksud itu adalah dendammu."

Bara menatap Aira dengan hal yang tak bisa di tebak oleh Aira, begitupun Bara. Mereka berdua seolah terjerumus akan obrolan mereka tanpa memperdulikan sekitar lagi. Padahal warung mang Docil tempat tongkrongan semua anak anak G.O.VA sedang ramai ramainya.

Bara menghembuskan nafasnya kasar, "aku ga dendam Ra, hanya ga pernah lupa." Bara menatap mata Aira dengan intens.

"Apa yang mereka lakuin sama G.O.VA sebelum ini. Bukan hal yang mudah di lupakan Aira. Kamu tahu sendiri ceritanya seperti apa." Ucap Bara tanpa eksperisi. Nada laki laki itu sangat datar.

BARA BRAYUDANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang