'jangan menilai seseorang dari pertama kali kamu melihat, karna belum tentu seperti pandangan kamu jika sudah berkenalan.'
-Aira Alma-
Jangan lupa votenya. Terimakasih<3
***
Kaki perempuan dengan baju tidur panda itu turun dari tangga rumahnya. Ia melihat ke arah di mana orang tuanya berada, kemudian kembali melanjutkan langkahnya ke arah dapur.
"MAH!!! Kok oreonya ga ada?" Aira berteriak dari pintu kulkas. Dapur dan ruang keluarga memang tidak ada sekat, jadi Aira bisa memandang mamahnya yang sedang bermain ponsel di kursi santai.
Mamah Aira yang mendengarkan putrinya berteriak itu hanya menatap malas suaminya yang asik nonton televisi dengan santai. "ini lo sama papah," jawab Mamah Maya.
Aira melangkahkan kakinya ke sofa, di situ papahnya Darel sedang menonton televisi sambil memakan oreo miliknya.
"ini punya Ara pah," ucap Aira. Memangku oreo miliknya. Papahnya langsung menengok ke arah anak gadisnya itu. "papahkan banyak duit beli sendirilah," sambung Aira.
"ini juga duit papah," ucap Darel.
"enak aja ini di beliin Bara," ucap Aira tidak terima.
"ya udah minta Bara beliin sepabriknya," ucap Darel santai. Melihat kembali ke arah televisi. Air muka Aira cengok sendiri mendengar perkataan papahnya.
"sini minta. Nanti papah ganti," selalu begitu. Padahal di ganti saja tidak. Aira bosan dengarnya. Pasalnya soal makanan Aira tidak bisa terlewat.
"pah..." panggil Aira lagi. Darel hanya menanggapi dengan deheman saja. "beli kucing pah?" minta Aira dengan wajah di imut imutkan.
"kucing kampung kan sering lewat sih Ra," jawab Darel.
"iya giliran bang Farid mau ke puncak aja di bolehin." protes Aira.
"itu kan memang acara universitas nya Ra," kini Maya yang menimpali.
"Bang Real aja di beliin komputer baru." protes Aira lagi.
"irian." ucap Real yang berjalan dari arah tangga. "mau kemana kamu bang?" tanya Darel. Pasalnya Real sudah membawa jaket di bahunya.
"papah mau ikut?" balik tanya Real. "papah nanya di jawab." ucap Darel.
"mau kumpul sama anak anak," jawab Real. Duduk di lenganan kursi tempat mamahnya.
"yah pah beli kucing," rayu Aira lagi. "ga usah." itu bukan jawaban dari papahnya, melainkan bang Farid yang baru turum dari kamarnya.
Bang Farid berdiri di belakang sofa tempat duduk Aira dan papahnya. Tangannya menyetuh sandaran sofa.
"ga usah beli kucing. Nanti abang bawain musang dari muncak," ucap bang Farid ngawur. Aira malah semakin kesal. Puncak kepala perempuan itu di cium oleh kakak pertamanya. Farid tau adiknya kesal. Pasalnya Aira hanya diam saja.
"mau ke korea ga boleh, minta kucing ga boleh, susah bener jadi anak terakhir!!!!" protes Aira meledak ledak. Perempuan itu langsung berjalan ke tangga sambil membawa oreonya yang tadi di letakan di antara dirinya dan papahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BARA BRAYUDANI
Teen FictionBAGIAN DUA DARI BARA [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Geng besar yang di pimpin seorang Bara Brayudani, membawa namanya melambung di seantero SMA PK di akhir masa jabatannya sebagai ketua G.O.VA. Laki laki yang di sukai banyak perempuan itu telah mema...