Part 21

2.4K 127 1
                                    

Follow me, siapa tau nnti jodohnya loreng!

Taksi yang ditumpangi Raline berhenti ketika sampai di tempat tujuan. Gadis itu membuka tas kecilnya dan memberikan beberapa lembar uang kepada si supir sebelum keluar dari dalam taksi. Si supir yang merupakan pria paruh baya itu terkejut.

"Mbanya nggak perlu bayar lagi, tadi udah dibayar sama Masnya." Ucap supir taksi itu, sopan.

Kini giliran Raline yang terkejut. Kristian tak bilang apapun pada dirinya. Meski begitu ia tak lantas menaruh kembali uangnya melainkan tetap memberikan kepada si supir sebagai tambahan darinya.

"Kalo gitu ini buat tambahan Bapak aja, terima ya Pak ..."

Ketulusan hati penumpangnya membuat si supir akhirnya menerima tambahan uang dari Raline. Beliau menerimanya dengan senyum lebar seraya mengatakan terimakasih.

***

Begitu keluar dari taksi, Raline langsung menghubungi Kristian. Mereka tadi tidak jadi melakukan vidcall karena baterai ponsel Raline yang tinggal beberapa persen saja. Dan gantinya, ketika Raline sampai ia harus mengabari Kristian. Sebelum ponselnya benar-benar mati, ia langsung mencari kontak Kristian dan mengabarinya ia telah sampai dengan selamat tanpa kurang apapun.

"Tadi baru ketemu terus sekarang lo berdua telfonan? Nggak bosen apa." Tutur Andara yang sedari tadi menunggu Raline pulang.

"Cuma ngabarin gue udah sampai."

"Bucin!"

"Dih, iri ya ... makanya sana cari pacar biar kita bisa double date ... mau gue cariin?" Tawar Raline yang membuat Andara memutar bola matanya malas. Semenjak 'jadi' dengan Kristian memang hobi Raline adalah menyuruhnya mencari pacar juga. Suruh punya pacar seperti menyuruh membeli terasi di warung.

"Sombong mentang-mentang lepas status singel terus sekalinya pacaran langsung sama calon tentara. Iya ... iya yang cita-citanya kesampaian!"

Raline tersenyum meski itu adalah ejekan untuknya, "belum bener-bener kesampaian sih, Dar. Kalo digambarkan itu ya baru setengah jalan lah, kan baru jadi rekanitanya belum jadi ibu Persitnya."

"Kaya udah siap aja ditinggal tugas."

Raline mengendikkan bahunya. Tak mau memikirkan yang tidak enaknya dulu. Lagipula seiringnya berjalannya waktu ia pasti bisa menerima apapun yang akan hadir dalam masa depannya termasuk semisal benar berjodoh dengan Kristian dan harus ditinggal pergi untuk tugas.

"Lo mau bikin kue?" Tanya Raline ketika melihat meja pantry penuh oleh bahan-bahan kue. Dari tepung, mentega, sampai loyang muffin.

"Mau bikin cupcake mumpung tuh ada oven nganggur. Dah sana, lo ganti baju dulu terus kesini lagi ... kita bikin bareng-bareng." Raline mengangguk dan menuju kamar sembari menenteng jaket milik Kristian yang tadi ia tanggalkan.

Meskipun tomboy, Andara sangat jago dalam urusan dapur. Ia sering membantu Ibunya masak. Dan membuat kue adalah hal yang mudah baginya, karena ia juga memiliki keahlian disana. Sementara Raline, belum menguasai masak-memasak. Namun membuat kue, dia bisa.

"Oke, gue ngapain nih?" Tanya Raline sekembalinya dari kamar dengan pakaian yang baru. Ia menoleh pada Andara yang sedang memanaskan oven. "Gue udah tulis di kertas step by step-nya, lo liat aja Lin."

Raline mengangguk dan langsung melakukan perintah Andara. Gadis itu lebih dulu membaca resep yang Andara tulis di lembaran kertas. Setelah membacanya, Raline langsung mengambil wadah untuk memulai membuat adonan.

Dia menakar gula dan minyak yang kemudian dimasukkan kedalam wadah. Setelahnya dua bahan itu ia aduk hingga merata. Andara mendekat dan menambahkan telur kocok. "Biar warnanya merata, Lin."

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang