Hari mulai beranjak petang. Semburat merah jingga menghiasi langit dengan semilir angin yang menusuk ke tulang. Seakan menandai bahwa dalam beberapa jam ke depan, tahun akan segera berakhir ketika Kristian mengajak Raline ke sebuah cafe yang berdiri di pesisir pantai. Tak ada hal lain yang ingin Kristian lakukan di akhir tahun ini selain menciptakan momen indah dengan gadisnya.
Sebuah meja yang sudah dihias dengan banyak bunga dan lilin di tengah-tengahnya adalah suprise yang sengaja Kristian buat untuk Raline. Bertempat di bagian paling ujung cafe yang langsung dapat melihat panorama indah, matahari yang akan terbenam dalam beberapa menit ke depan.
"Udah sampai, Bang?" Raline ikut menghentikan langkahnya tatkala merasa Kristian tak bergerak. Tangan keduanya bertaut hangat. Mata Raline sengaja ditutup oleh kain agar suprise ini berhasil. "Mata aku udah pegal nih, Bang." Lanjutnya yang mendapat acakan gemas di rambutnya oleh Kristian.
"Udah, bentar ..." Kristian mengulurkan tangannya ke belakang kepala Raline. Melepas ikatan tali kain dengan hati-hati. "... hitungan ke tiga kamu boleh buka mata."
Raline mengangguk.
"Satu ... dua ..."
"Tiga!"
"Surprise!!!" Seru Kristian saat Raline membuka matanya.
Raline menutup mulutnya tak menyangka. Dia mengedarkan pandangannya dan sejauh mata memandang, semuanya terlihat indah. Senja yang akan tenggelam, gulungan ombak yang tenang, dan semilir angin dingin yang menerbangkan helaian rambutnya. Lalu saat netranya tak sengaja menatap meja yang sudah di dekor indah, Raline seperti tak bisa berkata-kata lagi.
Kristian yang entah kapan perginya, tiba-tiba kembali ke hadapannya dengan sebuket bunga mawar putih yang dipadukan dengan bunga aster putih. Sangat cantik, seperti Raline sore hari ini. Ia menyodorkannya pada Raline yang menerimanya dengan senang hati.
"Suka?" tanyanya.
"Aku bahkan nggak tahu harus ngomong apa, Bang. Semuanya indah, aku ngerasa kaya mimpi. Tapi nggak, ini nyata. Abang ... makasih ya ..." Raline menubruk dada bidang Kristian dan menyembunyikan wajahnya di sana. Ini adalah hal paling romantis yang ia rasakan sepanjang hidupnya.
"You really kept your promise, that you would always try to make me happy. And I really thank you for that!"
"Udah tugas aku, Lin, buat bahagiakan kamu." Kristian mengusap-usap rambut Raline.
Mereka saling berpelukan selama beberapa menit. Setelah Raline merasa puas, ia melepaskan diri. Menatap Kristian yang jika ditatap dalam jarak dekat terlihat benar-benar tampan. Alisnya yang tebal dan hidungnya yang mancung.
Saat Raline sedang fokusnya menyelami kesempurnaan pahatan wajah Kristian, si empunya tiba-tiba meminta untuk menatap ke atas. Raline melakukannya. Lalu ia kembali terkejut saat melihat ada kamera drone yang terbang di atas mereka.
"Senyum, Lin."
Tanpa diduga, Raline malah berteriak, "aku sayang Abang!!"
Keduanya tertawa dan melambaikan tangan ke arah kamera yang sedari tadi merekam pergerakan keduanya. Kristian tak main-main dalam menyiapkan kejutan ini untuk Raline. Dan ketika melihat kebahagiaan di wajah Raline, Kristian amat bersyukur Raline menyukai kejutan yang ia beri.
***
Tiada kata yang dapat mendeskripsikan betapa bahagianya Raline di beri kejutan oleh orang tersayangnya. Namun meskipun demikian, Raline merasa jika Kristian melakukan hal ini bukan untuk menyenangkan dirinya semata, melainkan ada hal lain.
Hal itu terbukti saat senja di ufuk barat itu mulai tenggelam. Kristian membawanya ke dekat pembatas besi. Di situ, Kristian menyentuh tangan Raline, menggenggamnya dan saling berbagi kehangatan. Saat pikiran Raline sedang berspekulasi sendiri, Kristian mengejutkannya dengan kalimat panjang penuh perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.