Sejak awal bertemu kembali, bertatap muka dengan Kristian, bibirnya terus membentuk sebuah senyuman. Raline merasa sangat bahagia kali ini. Menghabiskan waktu berdua dengan pacar. Ah, sejujurnya ia masih malu jika mengingat kenyataannya bahwa sekarang ia bukan lagi kaum jomblo macam Andara. Selebihnya senang tentu saja. Perasaan yang dulu tak pernah ia rasakan kini ia merasakan semenjak menyandang predikat pacar orang. Nano-nano tapi seru, menguji adrenalin.
Seperti ketika rambutnya diusap halus tangan Kristian. Atau bahkan saat tiba-tiba tangannya digenggam olehnya. Selalu terkejut dan tak bisa biasa saja. Tolong dimaklumi karena ini adalah kali pertama.
"Hapus dulu nih keringetnya." Kristian menyerahkan sapu tangan yang ia ambil dari saku celananya.
Raline menerima, "makasih Bang."
Kristian mengangguk, "kamu hiperaktif banget tadi sampai keringetan gitu, gerah pasti. Cari minum dulu yuk, Lin." Ajak Kristian.
Mereka meninggalkan timzone setelah seru-seruan didalamnya. Banyak permainan yang mereka mainkan. Time crisis yang didominasi oleh Kristian yang memang jago karena dalam pendidikannya dibekali ilmu persenjataan. Bermain MT juga Raline harus terpaksa kalah dari Kristian yang sungguh-bangga-sekali bisa mengalahkan Raline yang dari awal sangat yakin akan menang. Ya, berbekal dari dua kemenangan atas Rayhan saat mereka bermain di timzone Jakarta.
Benar-benar Raline hanya menang di permainan sejuta umat—remaja, dewasa saat berkunjung ke timzone. Tak lain dan tak bukan, Dance-dance Revolution. Itu pun memang karena Kristian sudah tak tega lagi melihat bulir-bulir keringat membasahi wajahnya sehingga ia sengaja kalah.
"Nih minum dulu." Kristian datang dengan dua gelas tumbler ukuran tall dan grande. Satu ia berikan pada Raline yang langsung meletakkan ponselnya dimeja.
Untuk sesaat hening menyelimuti keduanya. Mereka khusyu membasahi tenggorokan yang kering setelah seru-seruan di timzone. Kristian adalah yang pertama menyudahi sesi minum itu. Ia hanya minum sedikit.
"Haus banget ya?" tanya Kristian. Ia melihat Raline yang masih setia menyedot minumannya.
Raline menghentikan kegiatannya itu, "hmm ..." gumamnya kurang jelas. "Itu Abang nggak kekurangan ukuran tall? Apa kebalik sama punyaku?" Raline mengangkat tumblr grande-nya.
"Kebanyakan yang ada ini. Harusnya tadi yang short."
"Kenapa ukuran kecil, Bang?"
Kristian menggoyang-goyangkan minuman miliknya pelan, "sebenarnya nggak terlalu suka minuman kaya gini terus semenjak masuk Tarnus sampai sekarang di Akmil jarang banget minum dingin-dingin gini. Ya gitu jadinya kebawa sampai keluar Akmil."
"Abang sehat banget berarti ya ... semuanya dijaga, pantesan tenaganya nggak abis-abis. Emang iya sih, kebanyakan minum es kurang baik. Bikin cepat capek kalo ngapa-ngapain, kaya udah lansia aja."
"Mulai sekarang kamu kurangin minum es sama minuman yang glukosanya tinggi, kalo kebanyakan nggak baik buat tubuh kamu."
Dengan tangannya Raline membentuk sikap hormat, "siap komandan!"
Tingkahnya entah kenapa membuat Kristian gemas. Hingga ia mengekspresikan kegemasan itu dengan tertawa kecil. Berada di dekat Raline benar-benar membuat ia berbeda tak seperti ketika bersama teman-teman akmilnya yang cenderung kaku. Atau mungkin lingkungannya yang memang begitu?
"Kita mau kemana?" Raline menoleh ke arah Kristian yang anteng-anteng saja berjalan di sampingnya.
"Nonton aja, mau nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.