Part 20

2.9K 145 0
                                    

"Abang!"

Kristian mencari sumber suara yang memanggilnya. Begitu ia menemukan, tanpa buang waktu Kristian langsung menghampiri gadisnya yang duduk di meja dekat kaca pembatas. Kristian tersenyum menyapanya sebelum kemudian duduk dihadapan si gadis yang membalas sapaannya dengan senyum lebarnya.

"Maaf ya buat kamu nunggu lama."

Raline menggeleng, "nggak kok, aku juga belum lama. Abang sendirian?"

"Sama Fajar, tapi dia dibawah lagi nemuin rekanitanya." Jawab Kristian.

Gadis di depannya menahan senyumnya, "kaya Abang dong yang sekarang lagi nemuin rekanitanya." Raline terkekeh sendiri yang membuat Kristian menggelengkan kepalanya. Semakin kesini Kristian semakin paham dengan segala sifat Raline.

"Kamu kesini sama siapa? Naik apa?"

"Sendirian, Andara nggak mau diajak padahal mau aku kenalin sama Abang. Dia belum pernah ketemu langsung sama Abang. Terus tadi kesininya naik ojek, deket apart ada ojek mangkal."

Kristian sedikit terkejut mengetahui Raline naik ojek untuk menemuinya. Kadang jika mengingat background keluarga Raline ia sedikit tak percaya namun dibuat kagum dengan kesederhanaan yang tampak baik dari Raline maupun Kakak atau orangtunya.

Meskipun itu kehendak Raline, tapi Kristian yang tak mau Raline kenapa-kenapa lebih menyarankan Raline untuk mengunakan taksi. "Lain kali naik taksi aja, saya takut kamu kenapa-kenapa kalo naik ojek."

"Segitu nggak pengennya ya Bang aku kenapa-kenapa?"

"Iya lah, kamu kan berharga buat saya."

"Gombal! Diajarin siapa coba sampai khatam banget nge-gombal gini, jangan-jangan Kak Aideen lagi." Tebak Raline yang semenjak pertemuannya lagi dengan Kristian menjadi objek gombal olehnya. Sampai Raline pernah membatin, seneng sih, tapi kalo keterusan kan bahaya buat hati gue.

"Kamu memang seberharga itu buat saya, sampai kalo kamu kenapa-kenapa saya yang nggak ikhlas, saya yang nggak rela ... maka dari itu saya minta kamu untuk selalu hati-hati. Biar saya disini tenang. Bukan gombalan, kan saya udah pernah bilang nggak bisa gombal. Lupa ya kamu?"

"Nggak sih ... abisnya Abang dari kemarin itu kata-katanya berpotensi banget buat cewek klepek-klepek. Bahaya buat hati aku tau!" Jawab Raline, jujur. Dia sangat terbuka kepada Kristian. Untungnya Kristian selalu antusias ketika Raline bercerita apapun yang ingin diceritakan.

"Selemah itukah hati kamu?"

"Emang, apalagi kalo disenyumin Abang ... nggak bisa tidur udah."

Kristian tersenyum.

"Abang rese banget ih! Jangan senyum gitu."

***

"Jadi, Kak Pras kemana Bang ... dari kita ketemu pertama Kak Pras nggak keliatan bareng Abang, biasanya kan kalian kalo pesiar bareng-bareng." Tanya Raline setelah menghabiskan minuman yang dipesannya.

Rasa penasaran mengenai Pras belum terpecahkan hingga sekarang dia baru sempat bertanya pada si Abang. Hari-hari kemarin dia masih dalam 'eforia bahagia' dan tak sempat berfikir yang lain. Pikirannya saat itu hanya tertuju pada laki-laki di depannya. Taruna Akademi Militer yang sekarang ia panggil dengan sebutan Abang.

"Oh itu ... Pras lagi temu kangen sama keluarganya yang dari Aceh. Udah beberapa bulan nggak ketemu, jadi waktu pesiar ini Pras manfaatin buat ketemu sama mereka."

"Aku baru tau Kak Pras asal Aceh, pantesan aja ya wajahnya Arab banget." Kristian mengangguk.

"Kalo Abang jelas banget orang Jawa, ya kan?"

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang