Part 33

1.9K 123 0
                                    

Seorang laki-laki berperawakan atletis tampak sedang men-dribble bola basket di hari yang mulai petang. Dia, Rafael Aldiano. Taruna yang sedang menjalani masa cuti natal dan tahun baru. Rumah Eyangnya memang memiliki lapangan basket karena permintaan Rafael kecil yang suka olahraga satu itu.

Saat pikirannya sedang kemana-mana, memikirkan hal yang membuatnya pusing, Rafael akan bermain basket. Seperti sekarang. Pikirannya bercabang setelah dengan brengseknya mengaku suka Raline di depan orangnya langsung.

Entah apa yang dirinya pikiran saat itu.

Saat itu Rafael memang tak mengenal Raline. Bahkan tak mengetahui bagaimana wujudnya. Tapi memang dia sudah gila, hanya karena direct massage salah sasaran ia justru menaruh ketertarikan pada sosok yang bahkan seperti anak kecil—pikirnya saat itu.

Rafael juga menyadarinya, dia lebih-lebih gila. Ketika seharusnya ia tak membalas—atau setidaknya meluruskan kesalahan Raline, ia malah merasa nyaman membalas setiap tanyanya saat itu.

'Cita-cita aku itu mau jadi ibu Persit, pendamping tentara'

Ibu Persit ... bukan Ibu Pia Ardhya Garini.

Pendamping Tentara ... bukan Taruna.

Yang Raline tuju jelas bukan dia, tapi tentara mantra darat yang kebetulan namanya sama dengan dirinya, Rafael. Bodohnya Rafael Aldiano saja—dirinya sendiri, yang malah suka hanya dengan direct massage salah sasaran.

Rafael membanting bola basket dengan kencang dan keras. Bola itu memantul hingga menjauh dari posisi Rafael berdiri.

Soal cinta kadang memang tak masuk akal.

Sama seperti patah hati. Tapi tidak ada yang lebih ngenes dari apa yang Rafael alami sendiri. Ketika tahu orang yang ditaksirnya ternyata sedang menjadi gebetan Kristian, juniornya.

Dia kalah cepat ... dengan juniornya.

Memalukan.

***

Yogyakarta, July

"Jadi siapa, cewek beruntung yang berhasil bikin kamu naksir cewek untuk pertama kalinya, Dek?"

"Namanya Raline, Bang."

Deg!

Bimantara langsung ingat dengan seseorang yang mengiriminya pesan berisi ucapan terimakasih kepadanya. Namanya sama, Raline ... tapi apa mungkin Raline yang dimaksud Kristian adalah satu orang yang sama?

"Cantik, Bang. Sedikit cerewet, tapi cerewetnya ini lucu aja gitu saya lihatnya."

"Woww ... seorang Kristian muji cewek?!" Bimantara menatap Kristian tak menyangka.

Telinga Kristian memerah, "jangan gitulah, Bang! Malu saya ..."

Bimantara meledakkan tawanya. Kristian semakin malu. Harga dirinya seperti terhempas begitu saja. Ia yang dikenal susah ditaklukkan perempuan—kata orang di sekitarnya, sekarang tiba-tiba memuji perempuan.

"Yaudah ngapain lama-lama, buruan diresmikan. Nanti keduluan lagi."

Ekspresi Kristian berubah, "nggak bisa sekarang, Bang. Ini aja saya lagi lost contact sama dia."

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang