Part 34

1.7K 106 4
                                    

Seseorang melambaikan tangannya ketika melihat rombongan keluarga Matsutomo keluar dari gate kedatangan. Bibirnya membentuk senyum lebar hingga gigi-gigi rapinya terlihat. Dia bahagia melihat seseorang yang dirindukannya.

Raline yang melihat itu, senyumnya terbit. Langkah yang tadi bergerak lambat, sekarang berubah menjadi larian cepat mengarah ke seseorang tadi. Tangannya terentang, bersiap memeluknya.

"Ahhh ... kangen banget!"

Mereka berpelukan seperti teletubbies, menyalurkan rasa rindu.

"Gue kira lo cuma bercanda mau jemput gue," kata Raline, setelah pelukannya dengan Andara terlepas.

"Nggaklah, gue serius. Nih buktinya gue di sini."

Yugo dan Zelviara terkekeh melihat bagaimana anaknya dan Andara saling merindukan satu sama lain. Melihat hubungan pertemanan Raline dengan Andara, mereka bersyukur. Andara sosok yang sangat mengayomi Raline.

"Tan ... Om ..." Andara melepaskan topi yang dipakainya ketika akan menyalami orang tua Raline.

"Halo Andara, udah lama nggak ketemu. Tambah tinggi ya kamu," sapa Zelviara akrab.

"Iya nih, Tan. Nggak lama ketemu, Tante tambah cantik. Iya nggak Om?" Yugo langsung mengangguk.

"Kabar baik, Dar?"

Andara mengangguk, "alhamdulilah Om."

Keenamnya kemudian berjalan menuju lobi. Raynal dan Rayhan berjalan di depan, Yugo dan Zelviara di tengah dengan tangan yang terus bertaut meski satu tangannya lagi menarik koper.

"Lo nggak jetlag, Lin?" Andara menatap Raline di sampingnya. Mereka berjalan paling belakang.

"Nggak sih, kan di Pesawat cuma sejaman lebih," balas Raline. "Lo nginep di rumah gue ya, Dar ... gue mau cerita banyak sama lo."

***

Sampai di rumah, Raline langsung disuruh tidur oleh Andara. Wajah kuyunya yang berbicara jika gadis itu lelah. Lelah fisik dan lelah batin. Raline bersikeras menolak karena merasa baik-baik saja dan belum perlu istirahat.

Namun akhirnya perdebatan itu dimenangkan oleh Andara. Ia mengancam tak jadi menginap jika Raline tak tidur. Raline pun mengalah, ia akan tidur dengan syarat Andara menemaninya. Andara setuju. Dan sekarang mereka berbaring di kasur kamar Raline bersebelahan.

Ting!

Raline mengerjap. Matanya kemudian terbuka sempurna. Ia mengalihkan tatapannya ke seluruh sudut kamar yang kembali ditempatinya setelah pulang dari Yogyakarta pagi tadi. Tatapan itu berhenti saat menemukan Andara yang tidur di sebelahnya dengan pulas.

Mungkin seperti ini gambaran jika ia memiliki Kakak perempuan, pikir Raline.

Tangan Raline terulur mengambil ponsel di nakas. Ada suara notifikasi tadi, ia ingin mengeceknya. Siapa tahu dari Kristian yang masih saja belum membalas pesannya. Padahal Raline tadi juga berandai-andai Kristian menanyakan apa ia sudah mendarat atau belum.

"Ngeselin kamu, Bang!"

Masih centang dua abu-abu. Kristian belum membalas pesannya.

"Ngeselin ... ngeselin ... ngeselin!!!" Raline benar-benar kesal kali ini.

Tapi juga merasa bodoh karena dalam keadaan seperti ini pun, ia juga merindukan Kristian-nya yang hangat dan perhatian kepadanya. Raline seolah kehilangan sosok Kristian yang selalu membuat harinya penuh warna.

"Jadi lo kenapa, Lin? Mau cerita apa?" tanya Andara yang terbangun karena suara Raline. Ia masih menutup matanya.

Raline menoleh, "pacar gue aneh banget, Dar."

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang