Part 7

3.1K 164 2
                                    

Malas menjadi bahan lelucon Rayhan membuat Raline memutuskan untuk pergi. Dia mengambil tas selempang yang dibawanya dari gantungan yang ada di ruangan Raynal. Setelah itu ia keluar lewat pintu depan.

Raline memutuskan untuk kembali ke hotel. Tubuhnya sudah lelah dari pagi karena ikut bantu-bantu. Dari mulai di kasir sampai cosplay jadi waiters. Raynal dan Rayhan dibuat melongo ketika melihat Raline mencuci piring di wastafel. Bagi keduanya itu hal yang sangat langka, jadi waiters di cafe pusat saja tidak pernah mau ... lah ini, tidak ada yang suruh gerak sendiri.

Maka dari itu, ketika Raline izin kembali ke hotel langsung Raynal izinkan karena dia juga kasihan melihat adiknya yang hari ini sungguh aktif.

Iseng-iseng Raline menuju meja yang sudah ditinggalkan para taruna yang sekarang kosong. Ada sesuatu yang menarik disana. Sebuah buku kecil -sekilas mirip paspor- berwarna hijau bertuliskan ...

"Buku saku akademi militer?"

Sudah pasti itu milik salah satu dari tiga taruna tadi. Gadis itu langsung berlari cepat keluar cafe, berharap tiga taruna tadi masih belum jauh.

"Semoga mereka belum jauh," harapnya cemas sambil terus berlari dan tak henti mengendarakan pandangannya.

Raline berlari sejauh 100 meter kearah yang sama ketika ketiga laki-laki itu menuju ke cafe kakaknya. Tapi sejauh apapun itu, dia tak menemui mereka yang dicari. Akhirnya karena lelah, dia berhenti berlari.

"Gimana ini, mereka pasti nyariin buku ini. Ahh ... kenapa sih pakai acara ketinggalan segala. Kan gue jadi takut mereka dimarahin seniornya." Raline bingung sendiri.

"Apa gue ke Akmil aja ya ... buat nyerahin buku saku ini."

"Eh, tapi Akmil alamatnya dimana? Gue nggak paham lagi."

"Apa gue foto terus masukin ke Twitter, nah biar kaya orang-orang capitonnya ... Twitter please do your magic."

"Tapi kayanya taruna jarang deh main Twitter, mereka banyaknya main instagram." Simpulnya setelah bergelut dengan otaknya.

Raline tak menemui cara bagaimana agar buku saku akmil milik salah satu diantara tiga taruna itu kembali ke pemiliknya. Dia pusing sendiri dan akhirnya lebih memilih kembali ke hotel dulu. Kebetulan ada taksi yang melintas. Ia langsung melambaikan tangannya.

"Taksi!"

***

Raline keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya. Tentunya dengan badan yang terasa lebih ringan selepas mengguyur badannya. Mandi selalu menjadi pilihan Raline untuk me-refresh ulang tenaganya.

Karena sudah berpakaian lengkap, Raline langsung menuju kasur untuk kembali melihat secara rinci buku saku yang ia temukan. Dia mengambilnya dan membolak-balik buku saku tersebut.

Sejujurnya Raline sedikit kaget jika ada buku saku khusus taruna akmil. Karena selama ini yang Raline tahu, buku saku hanya milik anak-anak Pramuka. Seperti dirinya dulu saat mengikuti giat Pramuka. Tapi ternyata ada. Raline bingung, ini dirinya yang kurang pengetahuan dan literasi atau memang baru-baru ini taruna diberikan buku saku.

Menyingkirkan hal itu, ada yang lebih membuat Raline penasaran. Apa kira-kira isi buku kecil itu. Dia penasaran tapi dia cukup tahu diri untuk tidak membuka isi buku itu karena bukan miliknya. Apalagi jika didalamnya ada hal privasi milik si pemilik.

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang