Gema takbir berkumandang. Hari kemenangan tiba esok. Langit malam Yogyakarta dihiasi dengan gemerlap obor yang diarak serta kembang api yang semakin memeriahkan suasana malam menyambut bulan penuh kebaikan setelah satu bulan berpuasa, bulan Syawal.
Semenjak satu Minggu yang lalu, Raline telah mendapatkan jatah libur menyambut lebaran. Begitupun dengan Kristian yang sudah keluar dari Akmil tiga hari yang lalu. Setelah cukup lama tidak bertemu, akhirnya kini mereka kembali bersama-sama. Mereka baru saja selesai buka bersama di sebuah rumah makan berkonsep lesehan.
Kristian menggandeng Raline keluar dari rumah makan tersebut.
"Bang?" panggil Raline.
Kristian menoleh, "kenapa?"
"Gimana perasaannya tadi dimintain foto sama cewek-cewek cantik?"
"Biasa aja." Kristian menjawab cuek. "Cantikan juga kamu, pacarku." Lanjutnya santai.
Diam-diam Raline menahan senyumnya. Aww!! Kristian benar-benar bahaya untuk kesehatan jantungnya. Sudah berkali-kali dia dibuat salah tingkah atas segala ucapan manisnya. Gombalan taruna itu lain daripada yang lain. Kata-katanya memang manis tapi ekspresi mukanya flat. Tapi itu justru yang membuat berbeda dan memiliki sensasi tersendiri.
"Kamu tahu nggak perbedaan kamu sama cewek-cewek tadi?"
"Hemm ... apa emang, Bang?"
"Mereka mungkin bisa foto sama Abang, tapi mereka nggak bisa kaya gini ..." Kristian menunjukkan tangan keduanya yang saling menggenggam. Lalu ia kembali menatap Raline dan tersenyum sebelum kembali berucap. "Dan yang paling penting, cuma kamu doang yang ada di sini, di hati Abang."
"Aku tau ..."
Kristian mengangguk, "sayang banget tau nggak sama kamu!"
"Kebiasaan, sukanya cubit pipi aku!" kesal Raline yang pipinya jadi sasaran kegemasan Kristian.
"Nggak berasa besok udah lebaran aja ya, Bang. Aku ngerasa puasa tahun ini kok kaya cepet banget. Terus juga sepi. Waktu shalat tarawih aja nggak banyak jamaahnya. Abang ngerasa gitu juga, nggak?"
"Memang rasanya cepet banget. Cuma waktu awal-awal puasa aja kerasa berat, soalnya kamu tau lah ya Abang lagi pendidikan. Tapi rame kalau di Akmil. Kan banyak yang muslim juga kali ya. Jadi, vibes-nya juga beda karena kita sahur dan buka bareng mulu. Tadarus, tarawih. Seru sih. Nah, abis keluar cuti ini baru ngerasa emang sepi suasananya nggak kaya taun-taun yang lalu."
Raline mengangguk-anggukkan kepalanya. Ikut membayangkan bagaimana suasana Ramadhan di Akademi Militer. Pasti sangat seru, pikirnya.
"Ini tahun kedua kita bisa rayain lebaran bareng ya, Bang."
"Semoga tahun-tahun berikutnya juga kita bisa lebaran bareng-bareng."
"Aamiin ..."
"Jangan lupa ya nanti ke rumah. Kamu kabarin aja kalau kamu udah selesai silaturahmi sama keluarga-keluarga kamu. Baru abis itu ketemu keluarga Abang."
"Siap, Abangku!" seru Raline, semangat.
***
Seperti perkataannya semalam, kini Kristian menjemput Raline untuk dibawa bertemu dengan keluarganya yang sudah menunggu. Setelah menunggu Raline bersiap-siap, akhirnya si cantik itu keluar juga. Dengan tampilan yang sungguh membuat Kristian tidak bisa mengalihkan pandangannya. Penampilan yang berbeda dari tahun lalu.
Mereka kemudian pamit. Sampai di pintu utama, Raline berhenti. Dia mengulurkan tangannya, "selamat lebaran, Bang. Minal aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir batin. Maaf ya kalau aku banyak salah sama Abang. Sering bikin Abang kesel. Semoga Abang terus dilancarkan pendidikannya dan sukses buat kedepannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.