Part 12

2.8K 176 3
                                    

Akademi Militer

Apel malam selesai, para taruna dipersilahkan menuju barak masing-masing untuk beristirahat. Selesai mengganti PDH dengan baju tidur berwarna biru, para taruna harus lebih dulu mempersiapkan dan merapikan tempat tidurnya.

Para remaja yang kompak dengan baju tidur berwarna birunya itu sudah tampak kelelahan dengan kegiatan hari ini. Tak heran, begitu tempat tidur sudah rapi mereka langsung merebahkan diri.

"Nggak usah lesu gitu dong Suh, gue yang lihat jadi ikutan lesu nih." Ucap Pras yang kebetulan tempat tidurnya disebelah Kristian.

Pras sudah tahu mengenai Kristian yang meminta nomor telepon Raline. Kristian yang bercerita sendiri. Menurutnya, dia tak bisa menyembunyikan itu dari Pras karena Pras diyakini bisa membantu dia.

Sebut saja sekarang Pras punya 'senjata' ketika Kristian macam-macam dengannya. Tapi karena dia tahu juga, Pras ikutan pusing melihat Kristian yang lesu karena dua kali pesiar sebelumnya tak ada telepon dari nomor yang ia harapkan.

"Bingung gue, Suh. Kayanya kurang jelas ya gue ngomongnya."

"Sadar sendiri kan, makanya bilang gue dulu waktu di bioskop. Secara kan soal ini gue lebih pintar dari lo Suh."

"Terus gimana, Suh? Lo jangan nyalahin gue terus lah, capek gue dengernya."

"Heh! Lo emang salah dodol!" Serunya tapi masih dengan volume suara yang terjaga.

"Gitu ya Suh lo sekarang. Nggak sekalem pas pertama ketemu."

"Ngaca coba Suh. Yang mau dibantu tapi gayaan nolak tapi ternyata demen juga." Balas Pras.

"Gue belum ditahap itu, Suh." Koreksi Kristian atas ucapan Pras tadi.

Pras langsung berekspresi galak, "awas aja Raline jadi mainan lo. Gue yang bakal maju, Suh."

Pras sudah menganggap Raline adik sendiri. Pembawaannya yang ceria dan ekspresif mengingatkan Pras akan adiknya yang di Aceh. Raline seakan mengobati kerinduan yang menumpuk untuk adiknya yang sudah tidak bertemu lagi setelah terakhir saat pesiarnya satu bulan lalu.

"Jangan samain gue sama Aideen."

"Makanya perjuangin bener-bener. Cewek itu gengsinya gede ya meskipun gue yakin Raline ada naksir sama lo. Tapi itu bukan patokan dia bakal berani telepon lo duluan. Jadi saran gue Suh, besok pas kita pesiar, lo aja yang telepon Raline."

"Ck! Lo nggak paham Suh. Maksud gue nunggu telepon Raline karena kelanjutannya tergantung dari sana. Kalo dia telepon gue akan terus maju, tapi kalo nggak-"

"-lo mundur gitu? Cemen amat! Bang Rico denger ini gue yakin sih bakal suruh lo sikap tobat."

"Suh ... suh, gini banget lo sekalinya mau jalin hubungan sama cewek. Kasihan sih gue, tapi lebih ke-ngenesnya." Pras tertawa lirih.

"Nggak usah gitu Suh, lo juga nanti bakal gini juga."

"Tapi semoga nggak kaya lo banget sih Suh ... yang sekarang jadi pelanggan setia cafe Titik Temu setiap pesiar cuma biar bisa ketemu Raline. Tapi Raline-nya nggak ada, hahah ..."

"Namanya usaha, Suh."

"Puas banget bikin lo kesel gini, kapan lagi ya kan. Sekarang gue mau minta maaf deh Suh. Nggak usah masukin ke hati kata-kata gue yang nggak baik. Gue dukung lo kok tenang aja."

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang