Effort yang dikeluarkan Kristian untuk menemukan kembali buku sakunya bisa dibilang cukup besar. Bagaimana tidak, dari kawasan Candi Borobudur dia menuju cafe Titik Temu (nama cafe milik Raynal). Dan sekarang Kristian dan Pras kembali menaiki taksi untuk menuju ke hotel yang jaraknya lumayan. Tentunya untuk mendapatkan kembali buku sakunya yang kata sang owner cafe, buku tersebut ada ditangan sang adik.
Meskipun harus bolak-balik, mereka tidak mengeluh. Ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kegiatan mereka selama pendidikan.
"Kamu?"
"Iya, aku. Nih buku sakunya." Raline menyerahkan buku saku kepada Kristian. Dua taruna itu kaget dengan kehadiran Raline yang tiba-tiba berdiri didepannya.
"Lain kali hati-hati, Kak. Untung orang baik kaya aku yang nemuin, bayangin kalo bukan aku yang nemuin tadi."
Kristian mendengarkan 'petuah' Raline itu sambil matanya fokus menatap buku sakunya. Ia juga langsung memasukkannya ke dalam saku.
"Nggak kamu liat isinya, kan?" Ini yang paling ditakutkan Kristian.
Raline tersenyum dan Kristian sudah lemas. Pras hanya menjadi orang ketiga disana. Kristian menaikkan alisnya, pertanda menunggu jawaban Raline.
"Kalo aku jawab iya ... kenapa?"
Kristian melebarkan matanya membuat Raline terkekeh kecil. "Nggak, Kak. Aku nggak buka-buka buku saku Kakak itu. Lucu banget sih muka kakaknya!" Raline tertawa bahagia melihat wajah Kristian.
Pras ikut tertawa. Dia juga terhibur dengan ekspresi Kristian yang jarang-jarang berekspresi seperti tadi. Biasanya hanya wajah serius dan datar yang sering diperlihatkan.
"Nggak usah ikut ketawa, Pras!"
"Dih, galak banget sama temen sendiri. Masa ketawa nggak boleh." Raline yang menyahuti. Dia mengedipkan matanya kearah Pras yang langsung Pras pahami jika Raline sengaja membuat Kristian kesal.
Raline sendiri, entah mengapa rasa takut terhadap dua taruna ini tiba-tiba menguap begitu saja. Hingga dengan berani membuat Kristian kesal atas kelakuannya.
"Diam kamu, saya nggak ngajak ngomong kamu."
"Kak Pras ... ini temennya emang judes gini ya?"
"Maklumi aja mba." Jawab Pras. Ia menyudahi tawanya, tak mau membuat Kristian bertambah kesal meski dalam waktu bersamaan dia cukup dibuat senang.
"Mba Raline ini adiknya pemilik cafe Titik Temu?"
"Panggil Raline aja, Kak. Iya aku adiknya Kak Raynal."
Pras itu orang yang asik dan baik sebenarnya. Namun, karena siang tadi Raline membuatnya gerah karena berbicara jelek soal seragam kebanggaan membuat dia tak tahan untuk tidak kesal. Karena Raline sendiri juga sudah meminta maaf, Pras pun sudah biasa saja. Baginya, sekarang antara dia dan Raline sudah tak ada masalah.
"Jadi, Raline kesini mau liburan atau ikut bantu urus cafe kakaknya yang baru buka itu?"
Raline terkekeh, "bukan dua-duanya Kak Pras. Aku kesini karena pengen tau tempat sekolah tentara."
"Ooo ... mau jadi kowad?"
"Nggak mungkin banget, Suh? Tingkahnya aja masih kaya bocil." Giliran Raline yang melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.