"Serius lo? Tentara kw–eh Rafael Aldiano maksud gue, taruna? Calon tentara?!"
"Iya, Dar ... masa gue bohong sih. Apa untungnya buat gue coba."
Saat ini Raline sedang berbincang dengan Andara lewat telepon. Menurutnya, Andara harus mengetahui fakta ini. Karena Andara adalah orang yang menyuruhnya memblokir akun Rafael Aldiano saat itu.
"Iya-iya lo nggak lagi bohongin gue. Tapi yang jadi pertanyaan buat gue, ngapain dia marah sama lo? Kalo alasannya karena akun dia lo blokir kayanya nggak banget deh!"
Raline menghela nafas. Ia juga berpikir demikian. Masa sampai semarah itu sampai membawa harga diri.
"Lo mikir deh, dia kan followers-nya banyak, pasti tiap harinya ada yang follow dan unfollow ... yakali sih dia ngapalin siapa-siapa aja yang follow atau unfollow." Andara mengeluarkan pendapatnya.
"Apa karena gue blokir ya, Dar? Jadinya dia semarah itu sama gue."
Andara langsung membantah, "itu juga nggak logis dipikir kaya gimana pun, Lin. Harusnya lo yang marah dia nipu lo. Orang nggak kenal sok-sokan tanya 'adek ini kelas berapa?' ; 'semangat sekolahnya ya dek biar cita-citanya tercapai' ada orang yang nggak kenal terus SKSD kaya gitu? Aneh!"
Raline memijit pelipisnya. Pusing memikirkan Rafael Aldiano. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ponselnya ia letakan di dekat telinga. Sementara tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang kusut.
"Terus gue harus gimana ngadepin ini, Dar?"
"Nggak usah ditanggapi, Lin. Lagi caper mungkin sama lo."
"Apaan sih, Dar ... nggaklah. Aneh gue dengernya."
Terdengar suara tawa Andara, "kok gue jadi mikir kalo doi naksir lo ya, Lin?" Suara tawa Andara yang lebih terdengar seperti ejekan itu membuat Raline ingin menyumpah serapahi sohibnya tersebut.
***
Raline tak ingat kapan terakhir ponselnya tak berisik seperti sekarang. Dari mulai ia membuka matanya—jam tiga sampai sekarang sudah masuk jam tujuh, ponselnya terus mengeluarkan suara-suara notifikasi.
Karena geram juga was-was, Raline langsung mematikan sambungan dengan WiFi rumah. Tak sampai disitu, ponselnya pun langsung ia matikan total. Barulah ia bisa tenang oleh suara notifikasi yang semuanya berasal dari aplikasi Instagram.
Inilah yang dia takutkan. Juga alasan kenapa tak memperbolehkan Kristian memposting apapun tentang dirinya di sosmed. Karena pasti fans garis keras para pencinta cowok berseragam—akan mencari tahu tentang dia. Raline tak mau menjadi konsumsi publik.
Lalu sekarang ia tak bisa berbuat apa-apa ketika Eltasya—pacar Brigtar Gerland yang kebetulan seorang selebgram dan influencer, menandai dirinya dalam postingan juga instastory yang berisikan foto mereka kemarin.
"Raline?"
Suara Raynal yang mengetuk-ngetuk pintu serta memangil namanya membuat Raline kembali dari lamunannya, lantas bangkit dari posisi berbaringnya. Gadis itu berjalan kearah pintu kamar dan membukanya se dikit.
"Ada apa, Kak?" tanya Raline.
"Nomor kamu kenapa nggak aktif? Ini Kristian mau pamitan. Kamu di telfon nggak dijawab, di-chat nggak dibalas. Jangan bikin dia khawatir, Dek," Raynal menyodorkan ponsel miliknya, "nih, dia telfonnya ke Kakak."
Raline menyengir saja, "oke, pinjam bentar, Kak. Nanti kalo udah aku balikin."
"Hm," gumamnya, mengangguk kecil dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
Fiction générale"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.