Part 14

2.6K 157 6
                                    

Angin berhembus cukup kencang yang membuat rambut hitam Raline ikut bergerak tak berirama. Selaras dengan detak jantungnya yang semakin menggila hanya karena ucapan Kristian. Dia membuang muka sambil menggigit bibir bawahnya gemas.

Seharusnya ia jangan menantang taruna satu itu, pikir Raline menyesalinya.

"Hey, jangan digigit itu bibirnya. Berdarah nanti."

Raline menoleh, "makanya Kakak jangan buat aku jadi cewek lemah karena gombalan gini dong."

"Siapa suruh nantangin taruna."

"Ngeselin ih!"

Kristian terkekeh kecil dan meminta maaf. Mulai sekarang menggoda Raline akan menjadi hobinya. Karena setiap Raline tersipu, malu-malu, salting ... dirinya ikut bahagia. Ia kini menemukan cara sederhana agar suasana hatinya bahagia.

"Kakak emang aslinya gini apa ini cuma pura-pura depan aku aja sih kak?"

"Kenapa memangnya?"

"Beda banget sama yang awal kita ketemu. Mana tiba-tiba bilang pengen kenal dekat sama aku lagi. Gimana aku nggak bingung."

"Tapi kamu senang kan?" Tanya Kristian.

Dan Raline mengangguk, "ini tuh masih kaya mimpi buatku kak. Suer! Aku nggak mau bangun kalo seandainya ini cuma mimpi."

"Ini bukan mimpi, kenapa kamu pikir begitu?"

"Abisnya kalian datang ke hidup aku bareng-bareng, pas banget lagi waktunya. Aku kan jadi bingung mana yang jadi jodoh aku." Lurus saja Raline berkata seperti itu. Lawan bicaranya terdiam oleh kata-katanya saja Raline belum sadar.

"Gimana maksud kamu tadi?"

Raline berfikir sejenak, setelah sadar apa yang barusan dia ucapkan ia langsung mengunci mulutnya. Mengganti topik adalah jalan ninjanya agar Kristian tak menuntut jawaban. Bisa-bisanya dia berbicara seperti tadi langsung didepan taruna. Untung saja 'kalian' yang dimaksudnya gagal dipahami oleh si lawan bicaranya.

"Kak Tian, mau nggak foto sama aku?"

***

Pertemuan Kristian dan Raline akhirnya berakhir sudah ketika Zelviara menghampiri keduanya. Wanita cantik itu 'mencuri' si anak gadisnya dari Kristian untuk dibawa pulang. Ketika dikenalkan oleh Raline jika wanita yang menghampiri mereka adalah Mama Raline, Kristian langsung menyalaminya dan mengenalkan dirinya.

Saat momen itu terjadi, Raline tak bisa menghilangkan senyum yang terlukis di bibirnya. Sopan dan menghormati Mamanya, itulah yang Raline lihat dari gestur Kristian kala diajak berbicara Zelviara.

Yang membuat dia tak akan melupakan momen itu adalah ketika Mamanya juga menunjukkan gestur yang seakan mengatakan bahwa beliau menyukai pemuda yang memiliki sifat seperti Kristian itu. Mamanya menyambut hangat Kristian. Bahkan sampai ia merasa seperti anak tiri ketika Mamanya justru fokus mengobrol dengannya.

"Kamu kenal sama mereka semua, Dek?" Zelviara yang duduk di kursi samping kemudi -dimana suaminya atau Papa Raline, Yugo Matsutomo yang sedang mengemudikan laju mobilnya- menoleh ke belakang kearah Raline.

"Mereka siapa?"

"Taruna-taruna tadi itu lho, Mama lihat kamu akrab sama mereka."

"Ooo ... nggak semuanya Ma, cuma kenal Kak Kristian, Kak Pras, sama Kak Aideen." Jawab Raline. Tadi sebelum masuk mobil, ia berpamitan pada Pras dan Aideen. Karena sifatnya yang sok akrab, maka yang lain pun ikut ia pamitin. Dan taruna yang katanya ingin mengenal dia lebih dekat, ikut mengantar Raline dan keluarga sampai masuk ke dalam mobil. Tindakannya tak luput dari godaan teman-teman resenya.

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang