"Senyum Dar, jangan judes-judes nanti gurunya takut liat vidio lo." Ucapku memperingati Andara agar menarik sedikit bibirnya yang sedari tadi malah berekspresi judes. Hari ini kami sedang membuat tugas vidio bersama di rumahku.
"Udah deh, tinggal lo vidio aja. Nggak usah komplain, muka gue udah dari sananya kaya gini."
"Dih, dibilangin juga."
Kalau saja aku belum tahu luar dalam Andara, pasti sudah sakit hati atas ucapan Andara tadi. Andara Silvia Ayuningtyas memang tidak ramah, bintang satu setengah cocok untuknya.
"Udah ya ... satu, dua, tiga!"
"Ntar Lin, gue belum siap." Secepat kilat aku menjeda rekaman vidio yang baru berjalan selama satu detik. Aku menatap Andara yang mulutnya berkomat-kamit menghafal kalimat yang hendak diucapkan untuk tugas vidio ini.
"Jangan dihafalin Dar, cukup lo paham intinya juga bakal lancar sendiri." Pesan baik, karena itulah caraku ketika ada tugas vidio. Bagiku ketika teksnya dihafalkan nanti kalau lupa bisa ambyar sampai akhir-akhirnya juga kena. Beda kalau intinya dipahami, bisa ngarang kalimat secara spontan.
"Kaya orang gagu gue kalo pake cara itu. Gue udah siap nih, ayo mulai."
"Awas kalo tiba-tiba nyuruh stop." Kataku dan kembali berdiri untuk memulai tugas menjadi kameramen.
Ditengah khusyuknya Andara menyampaikan hasil tugasnya, aku malah menahan tawa ketika merasa wajah Andara sungguh konyol. Tanganku sampai bergetar. Tak tahan aku meluapkan tawaku yang membuat Andara kesal setengah mati. Maaf, Dar ... abisnya muka lo konyol banget sih!
"Gue tadi udah bagus banget kenapa lo ketawa sih, Lin? Diulangi lagi kan jadinya." Decak Andara sambil berkacak pinggang. Oke, aku akui ini salahku.
"Sumpah ... sorry Dar. Gue nggak akan ketawa lagi, suer!"
"Ngeselin lo ah!"
"Iyaa maaf ... sumpah gue janji nggak akan ketawa, ayo mulai lagi."
Hufttt ... akhirnya selesai juga. Aku menyerahkan ponsel kepada Andara untuk melihat vidionya sendiri. Kami duduk dipinggiran ranjangku. Memang kami membuat tugas ini di kamarku. Tempat yang paling aman untuk menghindari Kak Rayhan yang tak sungkan merecoki kami seperti yang sudah-sudah.
"Gimana? Keren kan gue ngevidioinya?" Tanyaku setelah vidio selesai diputar. Andara mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
"Pinjem laptop lo ya buat ngedit, gue nggak bawa laptop."
"Tuh, pake aja sana." Tunjukku dengan dagu. Andara mengangguk dan beranjak menuju meja belajarku untuk mengedit vidio tadi. Punyaku bisa aku edit nanti setelah Andara. Yang penting vidionya sudah jadi, soal ngedit mah gampang.
"Kemarin lo ke Magelang lagi, Lin?"
Aku yang sedang asik berselancar di dunia maya menoleh ke Andara yang bertanya, "iya ... nyamperin Kak gebetan yang gantengnya ngalahin Kakak gue."
"Seganteng apa? Penilaian lo soal cowok ganteng kan nggak banget, tampilan kaya preman dibilang ganteng, keren ..."
"Kali ini beneran ganteng, Dar. Mana gagah banget lagi. Terus ya, suaranya mood banget apalagi pas ketawa ... ya ampun nikmat mana lagi yang kau dustakan?"
"Mulai lebaynya, salah gue bahas ini." Aku hanya terkekeh kecil. Tak ambil hati dibilang lebay, ya karena Kak Tian gantengnya juga lebay banget. Hehehe ...
"Jangan naksir kalo gue tunjukin fotonya ya." Kataku yang sampai sekarang masih menunggu kiriman foto dari Kak Tian yang bilangnya hari ini. Tapi dari pagi sampai sekarang sudah siang belum ada tanda-tanda foto itu dikirim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.