Extra Chapter : Kirab GSCL

3K 125 4
                                    

Genderang Suling Canka Lokananta merupakan drumband kebanggaan Korps Taruna Akademi Militer, Magelang. GSCL begitu marching band itu disingkat, dibentuk pada tanggal 16 April 1958 dengan pelatih pertama Lettu Suhirno.

Perpaduan suara snare drum, tenor drum, bass drum, bellyra, trombone, terompet, flute, dll yang dimainkan oleh taruna Akmil itu mampu menyihir siapapun yang mendengarnya. Selaras dengan nama Canka Lokananta yang bermakna suara merdu dari surga.

GSCL adalah ikon Akademi Militer bahkan untuk kota Magelang sendiri sebagai tempat pendidikan para pemuda calon penerus bangsa. Penampilannya selalu dinanti warga sekitar. Entah itu saat kirab dalam rangka HUT Magelang, HUT Akademi Militer, kirab pamitan taruna tingkat IV, maupun menyambut taruna baru.

Seperti keadaan saat ini. Sisi kanan kiri jalan disesaki oleh masyarakat yang ingin menonton display GSCL yang ikut meramaikan kirab budaya. Poltar dan stick master penatarama 2 berusaha merapikan barisan penonton agar tidak melampaui batas supaya show tidak terganggu.

"Bang Tian Still kali!"

"Gila, keren banget sumpah! Ah, gue nggak bisa lihat ginian!!"

Percakapan dua remaja SMP yang mengangumi kelihaian penatarama 1 dalam memainkan tongkatnya dan mengatur para penabuh alat GSCL tersebut terdengar oleh gadis bermasker di sebelahnya. Bukannya cemburu mendengar pujian untuk pacarnya, Raline justru tersenyum di balik maskernya.

"Susah sih kalau punya pacar keren dan ganteng gini ..."

Lantas ia terkekeh sendiri dengan kalimat super lirihnya itu. Raline terus memperhatikan Kristian beratraksi. Jika orang lain saja kagum dengan Kristian, maka Raline lebih-lebih kagumnya. Dia sangat amat bersyukur menjadi miliknya.

Walaupun kesehatannya sedang kurang baik, Raline tetap nekat melipir ke Magelang hanya untuk melihat kirab GSCL ini. Rasa rindu yang membuatnya nekat. Kurang lebih sudah dua bulan mereka tidak bertemu. Akhir-akhir ini Raline memang sedang disibukkan dengan titel maba di universitas ternama di kota penuh budaya, Yogyakarta.

***

Raline tidak memberitahu Kristian bahwa dia ada di Magelang. Ia sengaja karena niatnya suprise untuk Abangnya. Raline yakin, Kristian akan terkejut. Karena pagi tadi saat Kristian kembali bertanya apakah Raline benar-benar tidak datang, dia tetap menjawab tidak.

Maka, setelah rombongan GSCL telah selesai dengan show-nya dan tengah melayani masyarakat yang ingin berswafoto. Karena kapan lagi bisa foto bareng taruna Akmil kalau bukan saat-saat seperti ini. Saat itulah Raline pura-pura menjadi fans jadi-jadian. Dia mendekat ke arah Kristian -most wanted-nya Akmil yang laris manis -yang sedang berfoto dengan seorang remaja perempuan.

"Bang, boleh foto bareng?" Raline membuka kamera handphonenya. Mencoba menarik perhatian Kristian.

"Bolehh ..."

"Ini Abang bener-bener ya, pacar sendiri masa nggak sadar," Raline membatin. Lalu ia sadar, suaranya memang agak beda karena flu yang dideritanya.

"Kaya biasa ya, Bang ... Abang yang pegang handphone-nya." Handphone-nya Raline berikan pada Kristian.

Kristian menerima. Melihat handphone di tangannya yang tidak asing, seketika membuat dia langsung menatap si fans jadi-jadiannya. "Loh? Kamu sayang?" Kagetnya dengan binar bahagia yang tidak bisa disembunyikan lagi.

"Kejutan!!!" pekik Raline tidak terlalu kencang.

"Ini Abang beneran terkejut loh, Lin." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap Raline. "Makasih ya udah datang, walaupun kucing-kucingan gini sama Abang," katanya, menguap rambut sebahu Raline dengan tangan yang masih terselimuti sarung tangan tebalnya.

"Peace, Bang! Tapi, senang kan?"

Kristian mengangguk cepat, "senenglah, bisa lihat kamu yang tambah cantik gemesin gini."

"Dasar, tukang gombal!"

"Tapi, suka kan sayang? Sukalah pasti ..."

"Pede ih!"

"Orang ganteng harus pede, Lin."

"Sombong saktaek pacarku ini, diajarin siapa sih?" Raline tertawa sendiri. Bertemu dengan Kristian selalu saja membuat hatinya gembira. Healing terbaik Raline, ya bertemu Kristian.

Dari jarak dekat ini, Raline leluasa mengamati Kristian. Tubuh proposional yang dibalut pakaian dengan berbagai macam wing yang menempel itu benar-benar memanjakan matanya. Kalau sudah seperti ini, bagaimana Raline tidak kangen coba kalau tidak bertemu lama.

"Aduh KBL!"

"Apa itu KBL?" Alis Kristian terangkat sebelah. Semakin Still.

"Sini nunduk, aku bisikin biar nggak ada yang denger selain Abang."

Kristian mengikuti perintah Raline. Dia menunduk, mendekatkan telinga ke depan Raline. "Nurut banget lagi," Raline tak bisa menahan kekehannya.

"KBL itu apa sayang?" tanya Kristian sekali lagi. Dia memelankan suaranya.

"Kangen Banget Loh."

"AJKKC ..."

Raline mengangkat wajah, "apa itu, Bang?" tanyanya. Kristian kembali menunduk. Kali ini dia yang akan berbisik untuk menjawab pertanyaan Raline.

"Abang Juga Kangen Kamu Cantik."

Mengabaikan Raline yang tersipu malu (baca : bulshing) Kristian memanggil salah seorang junior yang kebetulan lewat di dekatnya. "Deksuh, sini kau!"

"Siap, Mayor! Izin petunjuk?"

"Tolong fotokan saya sama pacar saya, Dek. Yang bagus ya ..." Kristian menyerahkan handphone Raline ke juniornya yang sigap. "Sini deketan lagi, Lin," arahnya pada Raline yang masih dilanda badai kupu-kupu di perutnya.

Kristian segera saja merangkul Raline. Dia tersenyum cool sementara Raline masih tidak membuka maskernya. Setelah selesai, Kristian mengucapkan terimakasih pada juniornya itu. "Terimakasih, Deksuh."

"Siap, sama-sama, Mayor. Izin, mendahului, Mayor!" Kristian mengangguk.

"Bagus nih fotonya, kirim ke Abang ya, Lin." Kristian mengalihkan tatapannya ke Raline. "Raline? Kok jadi diam gini? Abang ada salah?" tanyanya bertubi-tubi.

"Abang harus tanggungjawab pokoknya."

"For what?"

"Aku baper gara-gara AJKKC ..."

Saat itulah Kristian tidak bisa menahan tawanya. Sangking lancarnya komunikasi antara mereka, membuat Raline tak malu untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Seperti sekarang yang mampu membuat Kristian speechless. Ah, gadisnya dari dulu memang seunik ini.

"Abang bakal tanggungjawab, tapi nggak sekarang. Tunggu empat sampai lima tahunan lagi ya, sayang. Nanti Abang lamar kamu buat jadi persitnya Abang, Mrs. Wiryadinata."

Kristian menaik-turunkan alisnya. Menggoda Raline masih menjadi hobinya sampai sekarang.

"Love you Abang!"

"Too sayangnya, Abang. For everything, I want to thank you. Thank you for always being there for me, temenin Abang sampai detik ini no matter what. Don't even think about leaving, because I won't allow that. You are mine, forever, okay?"

"I'll never leave this confident cadet, because I love you to the bone ... "

" ... like Pamungkas says in his song!"

"Lol!!!" Raline lantas tertawa.

Kristian langsung memeluknya setelah sebelumnya mengacak rambut sebahunya. "Pokoknya Abang sayang kamu."

"Sampai ke tulang nggak?" Raline bertanya jenaka.

Lalu Kristian, membalasnya dengan tak kalah jenaka. "Sampai ke dalam-dalamnya tulang ..."

***

n.b : extra chap yg aku tulis dua mingguan yang lalu krna kangen bgt sama mereka. Semoga suka yap, dan smga nggak khilaf nulis extra chap lagi:3

pict by : Penhumas Akmil

Raline & LorengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang