Pulang kuliah bukannya disuruh istirahat, Rayhan justru dipaksa untuk siap-siap dan packing seperlunya untuk pergi ke Magelang. Menolak adalah hal yang pertama ia lakukan. Tapi kali ini, dia harus mengakui kepintaran si adik. Raline sudah pesan tiket dan izin Mama Papanya untuk menyusul Raynal. Dan titah Mamanya adalah, Rayhan harus ikut menjaga adiknya.
"Sumpah kamu, Lin ngeselin banget. Kemarin bilangnya nggak mau, sekarang malah pengen banget cepet-cepet sampai di Magelang."
"Mana aku baru pulang kuliah. Capek, gerah, pengen nyantai!"
"Minum aja nih daripada ngomong terus." Raline menyodorkan sebotol air mineral kehadapan Rayhan.
Rayhan langsung meminumnya hingga tersisa setengah. Lalu mengembalikannya lagi ke Raline yang akhirnya menghabiskan sisa setengahnya lagi itu.
Saat ini mereka sudah di stasiun. Tinggal menunggu kereta meraka yang sebentar lagi tiba. Keberangkatan mereka pukul 16:45 dan sekarang sudah pukul 16:30. Raline sudah tak sabar. Dia ingin cepat-cepat sampai di Magelang dan bisa dengan bebas melihat para loreng berkeliaran.
Raline itu bisa dibilang fans tentara dadakan. Ia tak tahu banyak tentang dunia militer itu. Jangan bilang dia bodoh, dia hanya malas untuk searching mengenai tentara. Jadi maklumi jika banyak hal yang salah mengenai ucapannya. Seperti tadi, melihat para loreng berkeliaran. Kalimat itu adalah hasil dari pemikirannya tentang sekolah militer, Akademi Militer. Padahal tidak seperti itu.
"Makanya Kak, kemarin itu bilang maksud aku nggak nyesel ikut ke Magelang. Jadinya kan nggak kaya gini."
"Ya kan aku taunya kamu ngerti, Lin. Katanya mau jadi istri tentara, masa nggak tau tempat pendidikannya, sih."
"Kenapa jawabnya sama kaya Andara?"
"Nggak boleh?" Rayhan menjawab asal. "Udah deh, aku tidur bentar. Kalo keretanya datang bangunin."
***
Magelang.
Akhirnya setelah melewati perjalanan yang panjang, Raline dan Rayhan sampai di Magelang. Mereka turun dari taksi yang mengantarkan dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta sampai ke kota tujuan mereka ini, Magelang.
"Makasih ya Pak." Ucap Rayhan setelah si sopir menerima sejumlah uang sesuai tarif kesepakatan. Mereka memilih itu ketimbang menggunakan argo, karena pasti lebih mahal.
"Sama-sama Mas, Mbak." Balas si sopir dan kembali masuk ke mobil.
"Kenapa sih stasiun di Magelang ini dinonaktifkan. Jadinya kan kalo nggak ke Yogyakarta ke Semarang dulu buat sampai sini."
"Yang mau kesini siapa? Jangan ngeluh kamu. Aku udah capek, mau tidur." Rayhan menggeret koper kecil berisi pakaian Raline untuk masuk ke dalam hotel yang Raynal pesan. Fyi, Rayhan hanya membawa ransel yang berisi beberapa pakaian saja.
"Aku juga capek, mau tidur." Raline membuntuti Rayhan.
Mereka masuk ke dalam hotel dan berniat untuk tanya pada resepsionis yang berjaga. Tapi, Raynal lebih dulu menunjukkan batang hidungnya membuat mereka langsung menghampirinya dan tak jadi bertanya pada resepsionis.
"Kenapa tadi nggak ngabarin Kakak kalo udah mau sampai. Tau gitu kan, Kakak tunggu di depan."
"Baterai hp aku lowbat. Punya Kak Rayhan juga." Jawab Raline yang sekarang dirangkul oleh Raynal. Koper yang tadi dibawa Rayhan juga sekarang diambil alih oleh si sulung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
General Fiction"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.