Meski sedikit ragu Kakaknya akan mengizinkan ia ke Magelang ketika ia meminta permintaan itu nanti, toh Raline tetap mencoba. Setidaknya ia berusaha, jika nanti memang tidak diizinkan, dia bisa saja ke Magelang sendiri, pikirnya. Maka, setelah pulang sekolah dan berganti pakaian Raline langsung menuju tempat Raynal berada.
Dengan mengenakan topi berwarna putih berinisial nama tengahnya, Raline menunggu taksi ataupun angkutan umum didepan komplek perumahannya. Maklum Raline belum bisa mengendarai motor -alias masih dilarang 2R- jadilah meski ada tiga motor yang teronggok di garasi rumahnya dia tak bisa menggunakannya untuk pergi.
Sudah lebih sepuluh menit ia menunggu moda transportasi yang bisa mengantarkannya ke tempat Raynal tapi satu taksi atau angkutan umum pun tak muncul. Membuatnya merasa seperti de Javu saat pulang sekolah dulu yang akhirnya mempertemukan dia dengan Rafael. Prajurit TNI yang sekarang tak berani lagi ia bertatap muka karena masih teringat satu bulan insiden dimana dia akhirnya sadar sedang ditipu cowok yang mengaku tentara.
Saat itu Raline benar-benar merasa sangat bodoh. Ia mengira itu adalah akun Rafael tentara yang menolongnya ternyata bukan, hanya sekedar namanya sama. Itu adalah salahnya karena tidak bertanya dulu pada Rafael si tentara asli no kw-kw. Akhirnya tanpa berpikir panjang, dia langsung unfollow dan mem-block akun Rafael Aldiano tersebut.
"Kesabaran gue udah diuji sama Kak Tian yang nggak ada kabar, terus sekarang diuji lagi sama taksi yang nggak lewat satupun?" Dia menggelengkan kepalanya sendiri. "Manusia pilihan Tuhan emang gue ini, tandanya Tuhan sayang gue." Lanjutnya (sok) menerima.
Saat Raline sedang sabar-sabarnya menunggu taksi, sebuah mobil berwarna putih keluar dari komplek perumahan dan berhenti didepan halte yang menjadi tempat menunggu Raline sedari tadi.
"Raline nungguin siapa?" Tanyanya setelah kaca mobil terbuka.
"Nunggu taksi, Kak ... dari tadi nggak ada yang lewat."
"Memangnya kamu mau kemana?" Tanyanya lagi.
"Ke cafenya Kak Raynal." Jawab Raline.
"Kebetulan aku juga mau kesana, ayo bareng aja. Nggak ada alasan buat nolak, Lin ... sini masuk!"
Seperti katanya, tidak ada alasan untuk Raline menolak ajakan si pengemudi itu yang membuat Raline mengangguk kemudian masuk kedalam mobilnya. Ia duduk dan langsung memakai seatbelt. Raline menatap orang disampingnya yang sedang memperhatikannya.
"Makasih ya Kak Anjani!"
Anjani tersenyum dan mengangguk, "jalan sekarang ya."
"Let's go Kak!" Seru Raline.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang bergabung dengan kendaraan lain. Raline sesekali menatap Anjani yang selalu cantik. Mantan pacar kakaknya itu semakin terlihat dewasa. Beda sekali dengan kakaknya yang masih kekanak-kanakan karena sering mengajak baku hantam dengannya.
"Make up-nya aku ada yang salah ya?" Tanya Anjani yang mendapati Raline sesekali menatap kearahnya. Tingkah adik mantan pacarnya itu membuat Anjani salah tingkah.
"Cantik kok, ajarin aku dong Kak. Kayanya Kak Anjani jago soal urusan make up."
Anjani yang dipuji terkekeh kecil, "nggak jago banget kok, kalo kamu mau boleh aku ajarin. Tapi emang Rayhan udah bolehin kamu pake make up?"
"Pasti dibolehin kok kalo yang model tipis-tipis. Aku buta banget soal make up kemana-mana cuma pake bedak bayi sama liptin rasa buah." Akunya yang langsung dipercaya Anjani. Menurutnya, Raline sudah cantik dari sananya. Cantik alami tanpa polesan make up. Wajahnya cerah dengan bibir pink alaminya, hidung mancung belum lagi alisnya yang tak disentuh pensil alis sudah tebal duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raline & Loreng
Fiksi Umum"Gue tau jodoh udah ada yang ngatur, tapi kalo boleh minta, gue pengen jodoh gue tentara. Yang tinggi, gagah, ganteng, pundaknya lebar, boleh nggak sih?" Raline Trivira Matsutomo, 2022.