____
Mungkin untuk kali ini keputusannya untuk tidak bersekolah selama satu hari benar-benar sudah bulat. Ia lebih memilih berada dirumah untuk menjaga neneknya agar tidak terjadi apa-apa padanya.
Pemuda itu sudah mengganti pakaian seragamnya dengan kaus rumahan biasa. Ia kini tengah menyiapkan semangkuk bubur kacang hijau yang masih hangat. Cukup lama ia membuat makanan tersebut, namun karena berkat kesabaran itu, kini makanan tersebut telah matang dan siap untuk disajikan.
Naren menyiapkan sebuah cokelat hangat untuk neneknya. Jika kemarin-kemarin dirinya lah yang selalu disediakan minuman tersebut, kini Naren lah yang memilih untuk membuatkan minuman itu kepada sang nenek.
Dituangnya sebuah air panas yang berada didalam tremos ke sebuah gelas yang sudah diberi bubuk minuman dan juga setengah sendok gula untuk menambah rasa manisnya. Sebenarnya rasa manis di bubuk tersebut masih terasa, bahkan jika diberi kedalam minuman dengan jumlah air yang banyak.
Hanya saja mengingat neneknya yang begitu suka dengan minuman manis, membuat Naren memilih untuk menambahkan sedikit gula agar rasa itu semakin terasa ketika diminum.
Setelah semuanya selesai, Naren lantas segera berjalan pelan sambil membawa sebuah nampan berisi satu gelas cokelat panas dan juga semangkuk bubur diatasnya.
Nenek sama sekali belum tahu jika hari ini ia memilih untuk tidak bersekolah hanya untuk merawat dirinya. Entah bagaimana nanti reaksi wanita itu ketika melihat cucunya yang masih berada dirumah karena seharusnya Naren saat ini sudah sampai di sekolahan.
Dengan perlahan pemuda itu membuka sebuah pintu yang terdapat di ruangan tersebut. Kedua kakinya melangkah berjalan pelan untuk memastikan jika neneknya saat ini tengah tidur atau masih dalam keadaan sadar.
"Nek? Naren buatin makanan, nenek dari pagi belum makan, kan? "
Lelaki itu menaruh sebuah mangkuk dan juga gelas tersebut keatas nakas yang tersedia diruangan itu. Saat ini tubuh neneknya terlihat tengah membelakanginya, Naren lantas sadar jika sedari tadi wanita itu sama sekali belum menyahut ucapannya.
"Nenek ada yang sakit? Kita kerumah sakit aja ya, nek. "
Masih sama. Tak ada sama sekali sahutan yang terdengar dari mulut yang tengah diajak berbicara itu. Karena penasaran Naren akhirnya memilih untuk melihat wajah yang sudah tua tersebut.
Kedua kakinya kembali melangkah mengarah ke sisi ranjang satunya. Disana ia bisa melihat sang nenek yang sudah terlelap dalam tidurnya.
Pantas saja sedari tadi wanita itu sama sekali tidak menyahut ucapannya. Ia yakin jika saat ini sang nenek pasti tengah mengistirahatkan rasa lelahnya. Naren paham akan semua yang telah dilakukan sang nenek sejauh ini. Merawat kedua cucu mereka dengan bantuan kakek, itupun hanya saat sementara.
Karena tak ingin mengganggu dan membangunkan wanita itu, Naren memilih untuk keluar saat ini juga agar sang nenek dapat istirahat tanpa adanya gangguan. Jika nanti wanita itu bangun, makanannya tinggal ia makan dan juga minum tanpa harus mencari tahu siapa yang membuatkannya.
Pemuda itu kemudian berjalan keluar menuju kesebuah kamar yang terdapat dilantai dua, kamar yang sudah lama ia tempati dan juga kamar yang menjadi saksi bisu tangisan malamnya. Tanpa suara yang terdengar, tentu saja itu adalah sebuah tangisan yang amat menyakitkan.
Naren mengambil sebuah benda pipih yang berada diatas mejanya. Ia mencari sebuah roomchat milik sang kakak untuk menanyakan bagaimana kabar perjalanan lelaki itu ke luar kota. Walaupun belum lama Jean berangkat dari rumah, namun Naren tentu saja berhasil dibuat penasaran dengan keadaan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...