_____________________________
Sedari tadi, Naren terus memegangi kepalanya pusing. Sudah beberapa kali juga ia merasakan mual, padahal sama sekali tidak ada apapun yang keluar dari mulutnya karena sebelumnya semua isi perutnya telah keluar.
Pemuda itu masih berada didalam kamar mandi, menunggu sampai rasa mual itu menghilang. Entahlah, sepertinya obat yang diberikan dokter itu kurang manjur baginya.
Rasanya seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari mulutnya, namun ketika hendak dimuntahkan sama sekali tidak ada apapun yang keluar dari sana. Isi perutnya mungkin telah habis. Naren memijit pelan kepalanya agar bisa meredakan sedikit rasa pusing yang dibarengi dengan mual itu.
Untuk saat ini mungkin Jean sama sekali belum pulang kerumah. Pasalnya lelaki itu belum lama pergi dari tempat ini untuk membeli lauk diluar sana.
Beberapa kali pemuda itu mencoba untuk memuntahkan isi perutnya, namun sama sekali tidak ada sesuatu yang keluar dari sana. Sebelumnya makanan yang semula ia makan pagi tadi telah keluar sepenuhnya, dan kini rasa mual itu masih terasa ada namun sama sekali tidak ada yang keluar ketika ia ingin memuntahkan semuanya.
Setelah dirasa cukup membaik, Naren membersihkan terlebih dahulu wastafel yang terdapat sedikit noda merah karena lagi dan lagi cairan kental itu keluar dari hidungnya. Pemuda itu kemudian membasuh bersih wajahnya supaya tidak ada jejak yang terdapat disana, ia tidak ingin nantinya kakak curiga akan hal itu.
Naren memandangi dirinya dicermin, tidak terlalu buruk untuk saat ini. Tidak sekacau kemarin.
Pemuda itu keluar berniat ingin menghitung semua uang yang ia kumpulkan saat kesekolah. Uang yang selalu ia dapatkan dari neneknya ketika ia ingin berangkat kesekolah. Naren ingin mengganti uang milik Jean yang lelaki itu gunakan untuk membayar sesuatu yang seharusnya tidak usah. Ia rasa semuanya juga adalah salahnya.
Ada beberapa lembar uang kertas bernilai lima ribu yang terdapat didalam lemarinya, tempat yang sudah ia percayakan untuk menyimpan benda tersebut. Naren mungkin membutuhkannya ketika sedang ada sesuatu yang penting, contohnya ketika bukunya habis untuk ia gunakan membuat sesuatu yang dapat mengutarakan isi hatinya.
Beberapa kali sudah pemuda itu membuat buku yang semula tebal kini menjadi tipis, dalamnya pun sama sekali belum terlihat sedikit coretan pun dari pulpen yang terlihat. Sudah menjadi candu Naren untuk melakukan hal tersebut, bercerita dengan benda mati yang bahkan sama sekali tidak akan mendengarkannya.
Namun entah mengapa perasaan lega itu muncul. Pemuda itu merasa cukup baik ketika mengutarakan isi hatinya diatas kertas yang ia lipat menjadi pesawat. Sebuah benda yang sudah dua tahun ini menemani malam-malam nya ketika ia ingin bercerita.
Aneh memang, namun itulah Naren. Ia lebih lega setelah menuliskan satu demi satu kata diatas kertasnya.
Di lain sisi, Jean yang baru saja pulang dari kegiatan belanjanya itu langsung menaruh ikan yang semula ia beli didalam dapur. Lelaki itu ingin melihat terlebih dahulu keadaan Naren diatas sana. Berlebihan memang, namun itulah yang mampu membuatnya cukup tenang saat ini. Jean tidak ingin jika adiknya melakukan hal-hal yang mungkin sama persis seperti di mimpinya.
"Naren. "
Pintu yang terbuka sedikit itu kini Jean dorong. Disana ia bisa melihat adiknya yang seperti tengah menghitung uang-uang diatas kasurnya. Entah milik siapa uang tersebut, namun ia tidak berpikiran negatif. Naren tidak akan pernah mencuri sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...