_____________________
Cukup lama Naren berada ditempat ini. Sama sekali tidak ada yang menarik baginya, hanya tatapan kosong kedepan saja yang ia berikan.
Tidak ada teman mengobrol, lagian untuk apa? Naren saja sudah terbiasa menyendiri baik dirumah atau tempat lainnya. Pemuda itu menekuk kakinya, kedua tangannya ia lingkarkan disekitar betis lalu tubuhnya masih tetap menyender disebuah pohon.
Hanya melihat kearah depan yang mana terdapat sebuah sungai jernih yang mengalir. Menenangkan memang, namun Naren tidak boleh terlalu lama ditempat ini. Kakaknya pasti sudah pulang kerumah, dan dirinya bahkan sama sekali belum meminta izin lelaki itu untuk pergi ketempat seperti ini.
Naren hendak untuk pulang, ia juga sadar jika sudah cukup lama berada disini. Pemuda itu beranjak dari duduknya, ia sedikit membersihkan celananya yang terdapat sedikit rumput tertempel disana.
Sejak pagi hingga sore ini bahkan sama sekali tidak ada yang menarik. Lelaki itu menghela napas pelan, setelahnya ia langsung berjalan pergi dari sini.
Sedikit tenang, namun hal itu tidak dapat menyingkirkan rasa sedih dihatinya, atau mungkin tidak akan pernah. Semuanya yang telah terjadi bahkan hampir tidak bisa ia terima. Realita begitu menyakitkan, semua bayangan dan juga skenario yang ia ciptakan sendiri, nyatanya mungkin sama sekali tidak akan pernah terjadi. Hal yang ia impi-impikan tidak akan pernah lagi terwujud.
Naren mencoba untuk bisa menerima semua takdir yang telah digariskan oleh tuhan. Walaupun sulit, namun ia tetap akan berusaha untuk menerima semuanya. Serapuh itu nyatanya ketika ia mendengar kabar yang kurang mengenakan. Dan lebih parahnya lagi, mengapa dirinya harus mengetahui akan hal itu disaat usianya telah dewasa?
Lukanya tidak akan pernah bisa ia obati. Entahlah, rasanya dunia hanya akan membuatnya semakin merasa sedih.
Kedua kaki pemuda itu ia bawa menuju kerumahnya. Tanpa ada yang menarik di setiap perjalanannya, semua hanya ia anggap seakan sebuah angin yang berlalu.
Ponsel yang berada di dalam saku celananya itu kini mengeluarkan suara. Naren langsung mengambilnya dari sana dan membaca deretan nama yang tertera disana. Benar apa dugaannya jika itu adalah nomor kakak yang tengah menghubunginya. Untung saja Naren tidak mematikan data ponsel miliknya itu.
"Halo, kak? " Sebuah suara ia keluarkan setelah menggeser logo telpon berwarna hijau.
"Kamu dimana aja? Pulang sekolah gak ada dirumah." Terdengar nada dari sebrang seperti orang yang tengah mengomel. Disini Naren terkekeh kecil, ia yakin jika kakaknya tengah mengkhawatirkan nya saat ini.
"Lagi dijalan, bentar lagi pulang, kak."
"Yaudah kalo gitu. Inget, jangan lama-lama! "
"Iya kak Je..."
"Yaudah, hati-hati. Nanti kalo ada apa-apa langsung telpon kakak, oke? "
"Hu'um..."
Terdengar dari ponselnya, sebuah sambungan keduanya diputuskan oleh Jean. Disebrang sana, Jean menghela napas lega. Untunglah tidak ada hal buruk yang terjadi kepada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...