19. [SETELAH SAAT ITU]

1K 138 1
                                    







______________________










Hari ini, baru sekali seumur hidup Naren, pemuda itu mendapatkan bentakan, tamparan, dan juga kata-kata kasar dari kakaknya.

Pemuda itu paham, Jean terlalu mengambil kesimpulan daripada mendengarkan dahulu penjelasannya. Hal itu lah yang penyebab salah paham itu terjadi.

Saat ini, malam ini, tepatnya setelah melaksanakan ibadahnya, Naren duduk diatas ranjangnya dengan mata yang menatap kearah depan. Tatapan yang tidak bisa dijelaskan tentunya.

Kakaknya marah, Jean benar-benar marah kali ini. Biasanya lelaki itu akan memanggil Naren untuk pergi menuju ke arah dapur, memakan makanan yang telah disiapkan sebelumnya.

Namun berbeda dengan malam ini. Sama sekali tidak ada suara panggilan yang ia dengar berasal dari lantai bawah. Naren semakin yakin jika kakaknya benar-benar marah dengannya.

Sampai kapan? Naren tidak akan bisa bertahan dengan kondisi ini setiap harinya.

Dan seperti yang ku jelaskan sebelumnya, Naren demam. Lelaki itu belum sepenuhnya sembuh dari sakitnya semalam. Ia lebih memilih untuk memaksakan diri berangkat kesekolah hari ini. Jika tahu akhirnya seperti ini, pemuda itu mungkin akan lebih menuruti ucapan Jean untuk tidak bersekolah untuk hari ini saja.

Namun Naren ingat dengan absennya yang sudah dua hari tidak masuk kesekolahan. Lelaki itu tidak ingin jika ia mendapatkan absen ketiga kali dalam seminggu nya bersekolah. Itulah alasannya pagi tadi lebih memilih untuk berangkat dibandingkan harus menetap dirumah. Ia akan semakin merasa sedih kala mengingat hal yang sebelumnya terjadi.

Pemuda itu beranjak dari tempatnya semula, ia membuka pintu kamar berharap jika kakaknya akan berjalan menuju kedalam kamarnya dengan membawakan makanan dikedua tangannya.

Perlahan ia buka pintu itu, namun sepertinya Naren hanya melihat ruangan tanpa seseorang yang berada disana.

Katakan saja jika Naren banyak berharap hari ini. Ia seharusnya tahu, jika kakaknya tidak mungkin melakukan hal itu disaat ia tengah marah dengan adiknya.

Dengan perlahan Naren menutup kembali pintu kamarnya tersebut. Kali ini ia juga menguncinya, tidak ingin berharap lebih, Naren memilih untuk duduk disamping ranjangnya semula.

Sore tadi saat dirinya masih meringkuk diruang keluarga, tepatnya saat setelah Jean memarahinya. Naren meninggalkan benda pipihnya disana. Terlampau sedih hingga ia sama sekali tidak berniat untuk mengambil benda itu sedikitpun.

Tidak bisakah Jean mempercayainya barang sedikitpun? Kepada siapa lagi Naren bisa bercerita?

Kepala pemuda itu ia senderkan kepada pinggiran ranjang yang cukup tinggi. Sedangkan tubuhnya ia dudukkan diatas dinginnya keramik yang mampu menembus pakaiannya.

Sesulit itu ternyata meraih kepercayaan seseorang?

Mau mengelak pun, Naren sama sekali tidak memiliki bukti jika memang dirinya sama sekali tidak melakukan hal itu.

Saat disekolahan tadi, kepalanya benar-benar terasa pusing. Naren semula berencana untuk sekedar menggeletakan kepalanya diatas meja hanya beberapa saat. Namun karena rasa peningnya belum juga menghilang, hal itu mampu membuat dirinya tidak sadar jika ia tertidur didalam ruangan kelas.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang