______________________
Jean berhasil dibuat kebingungan dengan apa yang tengah terjadi kepada adiknya. Pemuda itu sedari tadi terus merintih seakan ada orang lain diantara mereka. Padahal sejak tadi, hanya ada keduanya di tempat ini.
Para murid lainnya telah masuk ketika mendengar bel masuk telah berbunyi. Jean dan Naren, keduanya masih berada dikamar mandi untuk membersihkan kuah bakso yang tadi tumpah tepat di celana adiknya.
"Naren, tenang! Disni cuman ada kita." Jean terus memberikan kepastian jika tidak ada orang lain ditempat ini. Jujur saja, Naren sebelumnya sama sekali belum pernah dalam kondisi seperti ini. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menenangkan adiknya itu.
"Kakak," pemuda itu yang sedari tadi terduduk diatas lantai sambil menenggelamkan kepalanya diantara lutut kini lantas mendongak menatap kearah kakaknya. Ia bisa merasakan bau amis yang keluar dari hidungnya.
"Astagfirullah Naren!" Bagaimana tidak khawatir dan terkejut? Sebuah cairan merah kini bisa ia dapati didagu dan lutut adiknya. Tentu saja ia khawatir, sebelumnya Naren sama sekali belum pernah merasakan kondisi seperti ini.
"Kamu sakit, sekarang pulang aja, ya?"
Naren menggeleng menanggapi ucapan kakaknya. Ia tidak ingin lagi harus membolos untuk kedua kalinya setelah kemarin. Sedangkan Jean? Lelaki itu terus kalang kabut saat ini, ia tidak tahu apa penyebab adiknya bisa menjadi seperti ini.
"Kalo sendirian terus nanti mereka ganggu aku, kak..."
Lagi dan lagi, Jean tidak paham dengan apa yang tengah dipikirkan oleh Naren. Ini kala pertamanya lelaki itu melihat sendiri suara adiknya yang terus merintih dan memegangi kedua telinganya seakan memang ada orang lain yang tengah meneriakinya.
"Sini, kakak bersihin dulu."
Naren hanya diam dan menurut saja. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan setelahnya jika sudah menjadi kacau seperti ini. Jean terus membersihkan noda yang keluar dari hidung adiknya menggunakan sapu tangan yang selalu ia bawa untuk membasuh keringat disaat tengah olahraga.
Kenapa? Sejak kapan semuanya menjadi seperti ini? Ia tidak tahu gangguan yang selalu menghantui adiknya disetiap hari. Jean bahkan baru saja mengetahui akan hal itu saat ini. Sebelumnya ia tidak pernah mendapati Naren dengan keadaan seperti ini.
"Jadi, sejak kapan kamu kaya gini, Na? Apa tiap hari ada orang yang ganggu kamu?"
Naren hanya diam saja. Ia tidak berniat sekedar mengucapkan sepatah kata pun saat ini. Naren belum siap untuk membagi keluh kesahnya didetik ini.
"Gapapa kalo gak mau cerita. Sekarang kakak mau ke kelas buat ambil baju olahraga. Kamu pake celana kakak aja, ya?"
Naren mengangguk, ia juga sadar celananya yang sedari tadi sudah basah akibat kuah bakso yang tengah ia makan tumpah. Padahal pemuda itu belum memakan habis sarapannya.
Jean menghela napas pelan. Ia tidak peduli jika saat ini harus tertinggal pelajaran. Sedari tadi Naren terus merintih dengan gangguan-gangguan yang bahkan Jean sendiri tidak paham apa yang tengah dialami oleh adiknya. Menurutnya sejak tadi hanya ada mereka berdua disini.
"Kepala kamu pusing?"
Naren menggeleng sebagai jawaban. Kali ini ia paksakan untuk berbohong karena tidak ingin terus membuang-buang waktu yang seharusnya digunakan untuk menimba ilmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...