35. [SEDIKIT PUTUS ASA]

921 99 0
                                    



_________________

Naren mencoba untuk mencari suasana ketenangan sesaat. Ia tidak ingin kembali kerumah untuk saat ini. Kedua kakinya melangkah, menuju ke tempat yang jarang sekali ia kunjungi.

Sengaja Naren pulang dahulu sebelum kelas kakaknya keluar, pemuda itu sama sekali tidak berniat untuk kembali kerumah bersama dengan Jean. Entah mengapa, hari ini terasa benar-benar hampa seakan memang sesuatu yang sangat penting di kehidupannya, pergi begitu saja.

Pergi tanpa berpamit, itu menyesakkan baginya.

Naren tidak tahu langkahnya akan berhenti kemana. Ia ingin mencoba mencari suasana sejuk agar hatinya dapat  sedikit membaik, lebih baik daripada saat ini.

Dan kini kedua kakinya telah membawanya kesebuah sungai buatan yang begitu terlihat besar dan dalam. Udaranya begitu sejuk karena tempat ini tidak dekat dengan jalanan kota. Beberapa orang juga berada disini, mereka masing-masing menikmati pemandangan sungai yang terlihat begitu menenangkan.

Naren memilih untuk duduk dibawah pohon besar dengan alas rumput hijau yang sudah terdapat disana. Pemuda itu memandang sendu kearah sungai tersebut, entah mau bagaimana lagi mood nya cepat membaik. Naren beberapa kali melewatkan waktu makannya, seperti siang tadi.

Selama berada disekolahan, ia hanya duduk diatas bangku kelasnya. Tanpa seorang untuk mengobrol, tanpa siapapun menemaninya saat itu. Benar-benar sepi walaupun terdapat beberapa orang yang berada disana.

Naren melingkarkan kedua tangannya kepada kaki yang ia tekuk. Punggungnya ia senderkan kesebuah pohon besar yang berada dibelakangnya. Untungnya disana sama sekali tidak ada sekelompok semut.

Sungai yang luas berada dihadapannya ini, membuat jiwanya sedikit tenang. Tidak ada hal yang menarik disini, namun bagi Naren tempat ini cukup membuat dirinya tenang.

Terkadang hidup begitu lucu, entah mengapa ia merasa bahwa kabar buruk terus menimpa dirinya. Banyak sekali lika-liku yang ia alami sejak kecil dahulu, tanpa kedua orang tua tentunya terasa begitu menyakitkan. 

Naren juga ingin seperti anak lainnya. Usianya memang sudah remaja, namun ia juga ingin merasakan bagaimana dibangunkan ketika pagi hari, dipeluk dengan orang tuanya, diantar kesekolah dengan ayah. Terdengar kekanak-kanakan memang, namun itulah yang Naren inginkan. Semuanya cepat berubah, luka-luka yang ada dihatinya masih membekas. Naren ingat sekali bagaimana saat pertama ayah mereka meninggalkannya dirumah kakek.

Sepertinya mereka terbiasa dengan hal itu, sangat mudah untuk meninggalkannya. Namun berbeda dengan Naren, ia bahkan sampai detik ini masih mengharapkan ayah akan kembali kepadanya. Walaupun mustahil, tapi bukan kah roda kehidupan itu berputar? Tidak mungkin jika dirinya akan terus berada di sisi terpuruknya. Pasti ada dimana waktu memberikannya kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak akan ada duanya.

Pemuda itu menggenggam sebuah kertas yang berada ditangannya. Didalamnya sudah tertuliskan sebuah kata-kata yang mungkin tidak akan pernah terbalaskan. Naren sengaja membuatnya disaat ia tengah berada dikelas tadi siang. Menuliskan kata-kata yang sangat ia inginkan hal itu terjadi, dan tentunya ada satu hal yang sangat ia harapkan jika suatu hari bisa bersama mereka.

Perlahan tangannya ia gerakkan untuk membuat sebuah pesawat dilipatan kertas tersebut. Terdengar membosankan memang, namun itulah yang bisa Naren lakukan selain berdoa kepada sang pencipta.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang