39. [MEYAKINKAN]

1K 112 2
                                    

_______________________



Naren sedikit tidak menyangka bahwa Raka, murid pindahan itu adalah saudara tirinya juga. Ia jadi teringat dengan pertanyaan temannya itu ketika tengah berada disekolahan, Raka berkata tentang seseorang bernama Bima, dan ia baru sadar jika yang dimaksudkannya adalah ayahnya.

Saat ini pemuda itu tengah berada didalam ruangannya. Ia menempati sebuah ruangan kamar tamu yang terletak dilantai bawah. Tidak masalah bagi Naren, yang terpenting pemuda itu sudah bisa diterima dengan senang hati dirumah ini.

Saat ini ingatannya malah tertuju pada sang kakak yang tengah berada dirumah. Entah apa yang tengah dilakukan oleh lelaki itu, Naren merasa semakin bersalah karena tidak ikut serta membawa Jean untuk tinggal ditempat ini.

Nyatanya semua yang kakaknya ucapkan sama sekali tidak ada benarnya. Ia bahkan sudah bisa menilai bahwa istri dari ayahnya sama sekali bukan orang jahat. Wajahnya sudah menyiratkan sebuah kehangatan dari tatapannya saja.

Hal yang membuatnya dapat meyakinkan kakaknya untuk ikut ketempat ini semakin besar. Dengan begini, ia yakin jika Jean akan mau juga ikut bersamanya. Nyatanya mereka sama sekali tidak jahat dengan dirinya, malah terlihat seperti seorang ibu yang perhatian.

Mungkin Jean terlalu banyak menonton film tentang ibu tiri yang kejam, hal yang membuatnya menjadi ragu untuk pindah ketempat ini.

Pemuda itu memegang benda pipih disebelah tangannya. Niat hati ia ingin segera menghubungi Jean untuk meminta maaf, setelahnya ia akan mengajak kakaknya itu untuk ketempat ini juga.

Ia harap dengan begitu, Jean akan segera menyetujui nya untuk tinggal bersama lagi. Naren tidak ingin jika hubungan keduanya hancur begitu saja karena pendapat yang berbeda.

Sedangkan dilain sisi, lelaki yang tengah menatap sendu kearah piring yang masih kosong itu hanya bisa menghela napas pelan. Ia benar-benar marah dengan Naren, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga merindukan pemuda itu bahkan baru beberapa saat adiknya pergi dari sini. Melakukan semuanya secara sendiri, ia sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Sejujurnya, tawaran ayah sama sekali tidak ada buruknya. Hanya saja sebuah feeling itu terus menghantui pikirannya. Entah mengapa rasanya ia juga kurang yakin dengan semua ucapan yang telah ayah berikan.

Dan lagi, menurutnya hubungan keduanya telah usai. Naren sendiri yang meminta untuk pergi dari tempat ini. Katakan saja jika Jean egois, ia bukan tidak ingin barang sekalipun menuruti apa yang Naren inginkan.

Jika dikatakan dengan alasan 'peduli' itu sama sekali tidak membuat Naren tetap tinggal dirumah ini. Ia ingin sekali saja mengikuti kata hatinya, tidak peduli dengan kakaknya yang disini tengah marah sekaligus khawatir dengan kondisinya.

Jean hanya memandangi piring kosongnya. Ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk makan, entah mengapa rasanya begitu kurang saja jika tidak ada Naren disini. Biasanya mereka berdua akan makan bersama dengan berbagi kegiatan sehari-hari.

Jean membuang napasnya kasar. Ia mencoba untuk tidak mempedulikan lagi adiknya yang kini bahkan sudah tidak bersamanya lagi dirumah ini. Bahkan nyatanya mungkin Naren telah menerima mereka, atau adiknya itu lupa dengan dirinya?

Sejak tadi pikiran Jean terus saja memikirkan Naren. Ia tidak bisa begitu saja membiarkan adiknya untuk tinggal disana, namun Jean sudah tidak bisa berbuat lagi, itu semua sudah keputusan Naren dan ia sama sekali tidak berhak untuk melarangnya lagi.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang