20. [MANUSIA BIASA]

1K 133 1
                                    






____________________________



Naren merutuki dirinya benar-benar bodoh hari ini. Lihat lah, jam yang hampir menunjukkan pukul setengah delapan pagi, dirinya baru saja mengenakan sebuah sepatu dikedua kakinya.

Pemuda itu tadi hanya berniat untuk menghilangkan rasa peningnya sejenak dengan membaringkan tubuhnya diatas sofa sambil menunggu Jean selesai dengan semua kegiatannya. Namun entah mengapa lagi dan lagi dirinya malah tertidur saat itu.

Sedangkan dibalik semuanya, kakaknya telah berangkat pagi-pagi sekali tadi. Meninggalkan Naren yang sama sekali tidak tahu jika kakaknya itu telah berangkat ke sekolah sejak pagi tadi. Ia pikir, Jean saat itu tengah mandi atau melakukan kegiatan lainnya. Namun, tidak disangka ternyata kakaknya telah terlebih dahulu meninggalkan dirinya dirumah ini.

Saat ini Naren benar-benar seperti orang tengah dikejar waktu. Pemuda itu tidak sempat memasak makanan karena kondisi kepalanya yang seperti ingin pecah saja. Dirinya tengah terburu-buru agar tidak telat sampai didepan gerbang sekolah.

Mungkin hari ini, kesialan menimpa dirinya.

Setelah semuanya beres, Naren menutup pintu terlebih dahulu dan menguncinya menggunakan kunci yang ia punya. Begitupun kakaknya, keduanya masing-masing memiliki kunci rumah untuk berjaga-jaga.

Setelahnya, Naren langsung berlari, tidak mempedulikan seragamnya yang masih berantakan karena ia tertidur pagi tadi. Jika tahu akhirnya akan menjadi seperti ini, lebih baik pemuda itu menahan rasa pusingnya dan tidak membaringkan badannya diatas sofa.

Entah bagaimana jadinya jika nanti ia sampai terlambat masuk kesekolahan.

Untung saja rumah neneknya tidak terlalu jauh dari tempatnya menuntut ilmu.

Kedua kakinya terus berlari mengejar waktu agar tidak terlambat sampai di sekolahan. Ia tidak ingin untuk kedua kalinya kakaknya beranggapan bahwa ia bukan seperti yang Jean harapkan.

Kini sampailah pemuda itu tepat didepan gerbang sekolahan, tinggal menyebrang jalanan dan ia sudah bisa memasuki tempatnya untuk menuntut ilmu itu.

Pemuda itu melambaikan tangannya kepada pak satpam yang tengah berjaga disana, setelahnya Naren langsung kembali melangkah menyebrang jalanan yang tidak terlalu ramai itu.

Napasnya memburu, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Setelah ia bisa memasuki area sekolahannya, Naren lantas berhenti sejenak dan menumpu tubuhnya dengan sebelah tangan yang ia gunakan untuk menyentuh lutut dan sebelah tangannya lagi untuk mengusap peluh yang bermunculan di keningnya.

Sejenak ia berhenti, mencoba untuk menormalkan napasnya kembali agar bisa melanjutkan kegiatan berjalannya.

____________________________

Helaan napas lega kini terdengar jelas dari mulutnya. Lelaki bernama Naren itu menyandarkan tubuhnya dibelakang tepatnya tumpuan kursi bangkunya. Untung saja pak Dewan belum sampai dikelas ini, atau tidak, entah hukuman apa lagi yang akan ia dapatkan. 

Hari ini terlihat tidak ada sama sekali tas yang berada disebelahnya. Sudah pasti Harnan berpindah lagi tempat duduknya bersama dengan salah satu teman sekelasnya. Sudah kebiasaan lelaki itu untuk berpindah-pindah tempat duduk.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang