___________________________
"Naren! " Suara yang menggema itu memanggil nama sang adik yang tengah berada di lantai atas. Jean kini telah siap dengan makanan berupa bubur yang berada dihadapannya. Ia berniat untuk memberikan makanan tersebut kepada Naren segera.
"Ben-tar," suara pemuda itu terdengar lirih, namun Jean masih bisa mendengarnya dari bawah. Mungkin adiknya tengah mengganti pakaian atau melakukan hal lain disana.
Sambil menunggu adiknya untuk turun, lelaki itu kini menyantap sarapannya. Ia kembali berpikir, sepertinya kemarin Naren sangat merasa bersalah. Semoga saja adiknya itu bisa merubah sifatnya yang membuatnya cukup kesal. Jean sengaja bersikap sok marah dan juga mendiamkan adiknya, mencoba agar Naren bisa lebih menghargai apa yang telah ia buat sendirian.
Sedangkan dilain sisi, badan yang sudah berkeringat itu kini terduduk diatas ubin dingin dengan bersandar pintu yang sudah tertutup rapat. Rasanya sangat sakit, bahkan lebih sakit daripada kejadian beberapa hari yang lalu.
Entah telah menghabiskan waktu berapa lama pemuda itu mencoba untuk mengoptimalkan kembali pernapasannya. Sangat sakit, ia bahkan hampir saja ingin menyerah. Namun untungnya semua itu kini telah berlalu.
Yang pemuda itu perlu lakukan saat ini adalah, mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah. Mungkin Jean telah bosan menunggunya dibawah sana, Naren merasa bahwa ia berada cukup lama diatas sini.
Manik matanya tidak sengaja melihat beberapa kertas yang berada diatas meja belajarnya. Lelaki itu berniat untuk membuang saja semuanya. Percuma jika ia simpan terus menerus, jika nantinya Jean tahu mungkin dirinya akan mendapatkan introgasi darinya.
Naren membuang semua kertas-kertas itu kedalam tempat sampah yang terdapat di kamarnya. Ia berniat untuk membakarnya nanti siang saat udara sudah cukup terasa panas.
Peluh yang berada dikeningnya ia usap kasar, mencoba untuk menghilangkan cairan tersebut. Baru pagi hari saja, dirinya telah dibanjiri dengan keringat.
Menahan rasa sakit tentunya membutuhkan banyak tenaga dan juga waktu lama.
"Dek, cepetan. Jangan lama-lama, keburu tutup nanti gerbangnya!" Suara yang berasal dari bawah itu membuat Naren langsung menatap ke dinding, dimana disana terdapat sebuah jam yang telah menunjukkan hampir pukul setengah tujuh. Secepat itu ternyata.
"I-iya kak, bentar! "
Jean yang berada dibawah ini hanya bisa menghela napas kasar. Entah apa yang dilakukan Naren disana sehingga memakan waktu yang lumayan banyak. Padahal mengganti pakaian tidaklah selama itu. Bahkan biasanya Naren hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk mempersiapkan dirinya.
Jean kembali melanjutkan aktivitas nya semula. Bahkan kini makannya hanya tinggal sedikit lagi, namun Naren baru saja turun dari tangga. Terlihat tubuh adiknya yang berada disana.
"Ganti baju apa dandan? Lama banget. " Ejek sang kakak kemudian ia kembali melanjutkan acara makannya.
Sedangkan Naren hanya menunjukkan wajah tidak bersalahnya. Ia mencoba untuk tidak menceritakan apa yang terjadi pagi tadi, tidak ingin jika nanti kakaknya akan dibuat khawatir. Ingat, Naren tidak suka merepotkan orang lain lagi. Cukup waktu-waktu yang berlalu saja ia merepotkan kakaknya dengan tubuhnya yang tengah demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...