_________
"Kakak kebiasaan, sukanya lewat jalan belakang terus. "
Mendengar ucapan Naren, Jean hanya bisa menghela napas pelan. Bukannya apa, hanya saja di jalan belakang juga terdapat rumah salah satu teman setim nya. Dan tentu saja sebelum berangkat ke sekolah Jean terlebih dahulu menjemput temannya agar mereka berdua dapat berjalan menuju ke sekolahan.
"Buat hindari kecelakaan aja, Na. " Jawabnya sambil menyendok makanan berupa nasi goreng di hadapannya.
Naren sama sekali tak berniat untuk menjawab lebih. Pemuda itu kini lebih memilih untuk memakan makanan tersebut agar dirinya bisa cepat selesai dan berangkat kesekolahan.
Di lain sisi, Jean bisa melihat wajah Naren yang sedikit sembab. Sudah dapat dipastikan jika semalaman adiknya itu menangis lagi. Biasanya mata itu akan terlihat begitu lelah sehabis mengeluarkan banyak sekali air dari tempatnya.
Jean tak dapat menegur adiknya saat ini. Semalam pun ia juga sama halnya dengan Naren yang menangis karena terlampau rindu dengan ayahnya. Disaat rasa benci itu perlahan muncul, mengapa semudah itu ayah datang didalam kehidupan nya?
Setelah sekian banyaknya luka yang telah tumbuh, mengapa ayahnya kini malah ingin kembali kepada mereka?
Bukan apa, Jean hanya ingin ayahnya merasakan apa yang telah mereka berdua rasakan. Ditinggal oleh orang tersayang tentu saja membuat luka besar bagi hati mereka.
Setiba-tiba itu ayah memutuskan untuk meninggalkan kedua anaknya ditempat ini, dan semudah itu juga sang ayah ingin memperbaiki hubungan dengan keduanya? Tentu saja hal itu tak dapat Jean biarkan.
Ia takut jika disaat mereka telah dekat kembali dengan sang ayah, tiba-tiba saja ayah kembali menyakiti seperti waktu sebelum-sebelumnya.
Pikiran Jean bingung. Dilain sisi ia juga ingin kembali berkumpul dengan keluarga lamanya yang telah berpisah. Namun disisi lain pikiran overthingking itu kembali muncul di benaknya yang mengatakan bahwa suatu saat ayahnya mungkin akan membuat hati mereka kembali sakit dengan jalan yang dipilihnya.
"Kakak kenapa bengong? Lagi mikirin apa, hayo... " Ucap Naren tiba-tiba yang membuat Jean langsung fokus kembali dengan sarapannya. Ia lupa jika disini masih ada Naren yang sewaktu-waktu bisa menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
"Mikirin olimpiade besok. Kakak bingung mau jadi ikut apa gak. " Jawabnya dengan raut yang dibuat santai. Sejujurnya Jean takut jika nanti ketika dirinya tak berada dirumah, tiba-tiba saja sang ayah datang ketempat pendiamannya selama ini dan berakhir akan menghasut dan membawa Naren pergi dari rumah ini.
"Besok kalo ada orang asing yang dateng, gausah di bukain pintunya. Biarin aja dia didepan sana, ya? "
Naren menghentikan kegiatan makannya semula. Pemuda itu menatap heran kearah sang kakak yang tiba-tiba saja berbicara seperti itu.
"Kenapa? "
"Takut aja kalo ada barang yang ilang. Kalo kamu yang ilang, kakak gak peduli. "
Naren berdecak kesal setelah mendengar ucapan dari kakaknya. Pemuda itu memilih untuk melanjutkan acara makannya dibanding berbicara dengan lelaki yang kini semeja dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Dla nastolatkówMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...