14. [MASIH MEMBUTUHKAN]

1K 117 0
                                    





____________








Malam ini air hujan berhasil turun membasahi bumi, suara angin yang bergemuruh dari luar rumah itu terdengar jelas di telinga Jean. Bahkan saja langit ikut menumpahkan kesedihannya malam ini dengan turunnya air hujan yang begitu deras, meredamkan suara tangisannya didalam kamar.

Bukan hanya Naren saja yang lemah saat ini, namun juga Jean begitu sama dengan apa yang tengah dirasakan oleh adiknya. Rumah ini akan benar-benar sepi jika keduanya berangkat ke sekolah, menjalani kegiatan mereka diluar rumah.

Malam ini banyak sekali hal yang berhasil membuat air matanya turun. Dari kepergian sang nenek dan juga fakta lain yang ia dapatkan dari ayah mereka. Begitu jahat memang, mengapa ayah harus menyembunyikan semua itu darinya?

Ia tidak tahu bagaimana jika nantinya Naren mengetahui semuanya. Jean sama sekali belum siap memberitahukan fakta ini kepada adik semata wayangnya. Mengingat Naren yang masih dalam keadaan sakit, pasti hal itu akan membuat adiknya terus menerus kepikiran dan bersedih. Ia tidak ingin jika Naren harus terlarut dalam kesakitan lebih dalam lagi.

Dilain sisi, Naren terbangun. Tubuhnya benar-benar menggigil kedinginan saat ini walaupun sebuah selimut telah berada diatas tubuhnya.

Karena tidur sedari sore tadi, Naren bahkan melewatkan ibadah sholatnya karena benar-benar tubuhnya merasa lemas. Pemuda itu tidak tahu apakah besok ia mampu bersekolah atau tidak.

Pusing, mual dan kedinginan, itulah yang ia rasakan saat ini. Jendela kamar sudah ia tutup begitu rapat, tak akan membiarkan angin ataupun setetes air hujan masuk kedalam. Namun hal itu semua tidak mampu membuat rasa dingin disekitar tubuhnya hilang begitu saja.

Sudah dua hari lamanya pemuda itu tidak masuk sekolah, Naren tidak ingin lagi jika esok dirinya harus tetap mendekam didalam rumah hanya untuk menjaga kondisinya. Jika ia terus menuruti kata kakaknya agar tetap menjaga diri didalam rumah, maka hal itu akan membuat dirinya terus menerus tertinggal mata pelajaran disekolah.

Saat bangun tadi tepatnya setelah adzan isya terdengar dari masjid yang terdapat dekat dengan rumahnya, Naren merasa tubuhnya benar-benar lemas. Ia mendapati sebuah kain yang terdapat di keningnya, Naren tahu jika itu adalah ulah kakaknya yang sengaja membuatkannya kompres agar demamnya menurun.

Baju koko yang sejak tadi ia pakai untuk pergi ke pemakaman bahkan sama sekali belum ia ganti hingga saat ini.

Tangan kanan Naren mengambil kain yang semula berada dikeningnya itu, ia letakkan kembali benda tersebut kesebuah baskom yang berada diatas nakas nya. Naren tidak ingin jika ia terus menerus berada diatas ranjang yang sudah lama ia tempati ini, hal itu hanya akan mendeskripsikan jika dirinya memang lemah sejak sore tadi.

Ia lihat sebuah benda bulat yang tertempel di dinding, jam masih menunjukkan pukul delapan malam. Pemuda itu ingin pergi dahulu ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya disana.

Tidak peduli jika saat ini tubuhnya benar-benar menggigil kedinginan. Hanya satu yang ingin ia lakukan, meminta pertolongan kepada sang pencipta agar tidak terlalu lama terpuruk dalam kesedihan. Ia tahu jika neneknya pasti tidak suka karena cucu mereka yang masih belum bisa mengikhlaskan raga itu pergi.

Sengaja Naren membersihkan diri terlebih dahulu, ia tidak ingin jika berada dihadapan sang penciptanya itu masih dalam keadaan yang kotor seperti ini. Tidak peduli seberapa dinginnya suhu didalam kamar mandi sana.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang