40. [LUPA]

1.6K 149 11
                                    


___________________

Naren mencoba untuk menegakkan tubuhnya. Keningnya mengernyit dalam ketika rasa sakit itu timbul didadanya. Ia terus menerus melakukan hal tersebut sampai rasa sakitnya benar-benar mereda.

Dengan cepat pemuda itu langsung mengambil sebuah minuman yang kebetulan berada diatas nakas, ia membawa benda tersebut bersamaan dengan tas yang juga ia bawa sampai kerumah ini.

Hal inilah yang sangat ia benci, ketika rasa sakit itu muncul disaat yang tidak tepat dan tentu saja hal itu akan membuat orang lain kerepotan. Entah mengapa hal itu mampu mengingatkannya dengan sang kakak.

"Raka, Naren! Makan dulu sini. " Suara teriakan yang berasal dari luar mampu membuat pemuda itu langsung mencoba untuk menahan rasa sakitnya.

"Iya sebentar, ma. "

"Lemah banget!"

Bisa ia rasakan sebuah bau anyir darah kini mengalir dari hidungnya. Tidak ingin terlalu berlama-lama, pemuda itu langsung kembali mengelap cairan kemerahan itu dari hidungnya menggunakan sebuah tisu yang berada disana.

Entah mengapa akhir-akhir ini sering sekali muncul hal yang sangat mengganggunya itu. Bahkan sehari mungkin bisa sampai tiga kali darah itu terus berkeluaran dari lubang hidungnya.

Membutuhkan cukup banyak waktu dan juga tisu yang terbuang untuknya membersihkan noda yang keluar tersebut. Setiap kali rasa sakit itu muncul, pasti noda merah itu terus keluar dari hidungnya. Hal yang tentu saja sangat mengganggu dan ia benci.

Setelah dirasa cukup membaik, Naren langsung berjalan keluar dengan terburu-buru karena tidak ingin keluarganya harus menunggu lama dirinya yang berada didalam kamar.

Ternyata Raka sudah terlebih dahulu berada ditempat ini, ia pikir lelaki itu tengah menikmati video game nya diruang keluarga tadi.

"Mama masakin udang buat kalian, kesukaan Raka sama Evan, nih! " Dengan senyuman yang mengembang, dengan telaten wanita itu menyajikan makanan diatas meja dengan begitu hati-hati.

Rasanya begitu hangat, sudah lama sekali ia tidak berkumpul bersama seperti ini. Walaupun dengan orang berbeda.

Naren harap kakaknya akan segera datang ketempat ini lagi, ikut serta mengisi kebahagian antara mereka.

Senyuman itu mengembang diwajahnya, ia tahu jika tidak ada doa yang tidak terwujud. Semua yang selalu ia rindukan dan doakan, kini telah terjadi tepat dihadapannya. Ia kembali berkumpul bersama dengan ayah dan juga keluarga baru antara mereka.

Sudah lama sekali ia tidak memakan udang, dilihatnya wajah gembira dari sang ayah ketika mereka berkumpul dengan keluarga barunya.

Namun sepertinya ada sesuatu yang ia lupakan.

"Aku ambil yang paling besar aja, biar awet kalo dimakan." Ucap seorang lelaki yang duduk tepat disebelahnya.

Naren hanya memandangi makanan itu dengan mulut yang ia kulumkan. Mungkin benar ayah telah melupakan salah satu kelemahannya itu.

"Na, kenapa diem aja? Apa mau ayah ambilin? " Tawar seorang pria yang berada dihadapannya, mampu membuat Naren langsung menggeleng pelan, ia tidak ingin merepotkan lelaki itu hanya karena sebuah makanan yang lama ia ambil.

"Gausah, yah. Naren bisa," dengan perlahan lelaki itu mengambil nasi beserta dengan lauk yang berada disana. Ia tidak mengambil banyak, takut jika nantinya ia akan cepat kenyang dan pasti makanan itu sudah mubazir.

"Cuman segitu porsi lu makan?"

Naren menoleh menatap kesumber suara, sepertinya Raka sedikit tidak percaya dengan berapa jumlah makanan dihadapannya itu karena bisa terbilang sangat sedikit. Hanya satu buah centong nasi dan juga beberapa udang saja yang ia ambil.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang