15. [KEINGINAN]

1K 107 0
                                    






___________________





Kepala Jean terasa begitu pening. Lelaki itu tidur dalam posisi yang kurang mengenakan, membuat badannya terasa sakit.

Pagi ini ia melihat ke sebuah jam yang menempel pada dinding kamar, terlihat jam sudah menunjukkan pukul setengah empat. Terlalu pagi untuknya mandi.

Mungkin karena posisi tidurnya yang sama sekali tidak nyaman, dengan punggung dan kepalanya yang menyender didinding, dan kedua kakinya yang masih ia tekuk, membuat dirinya terbangun di waktu sepagi ini.

Semalaman lelaki itu menangis, ia benar-benar menunjukkan bahwa dirinya masih tidak ikhlas dengan semua yang terjadi. Sepulang olimpiade bukannya sebuah pujian yang ia dapatkan, melainkan sebuah kabar duka dan itupun dua sekaligus. Satu dari Naren dan satu lagi dari sang ayah.

Rasa lelahnya harus bertambah dengan rasa sakit yang kembali muncul didalam hatinya.

Diluar sana, mentari sama sekali belum memunculkan sinarnya. Awan gelap seperti malam masih terlihat dan para ayam-ayam jantan, sama sekali belum terdengar berkokok.

Lelaki itu mengusap wajahnya, mencoba untuk menormalkan pandangannya yang sedikit memburam.

Saat ini Jean teringat akan ajakan sang ayah untuknya tinggal bersama dengan keluarga baru ayahnya.

Sejujurnya lelaki itu sama sekali tidak ingin menolak ajakan yang telah lama ia inginkan itu. Namun luka hatinya sama sekali belum menghilang, membuat dirinya cukup sulit untuk kembali kepada ayah mereka.

Jika Naren mengetahui akan ajakan itu, sudah pasti adiknya tak akan pernah menolak apa yang diucapkan oleh Bima. Oleh karena itu, Jean sama sekali tidak berniat untuk memberitahu adiknya akan hal itu untuk kali ini. Ia tak ingin jika nantinya Naren akan pergi meninggalkan nya dan memilih untuk hidup bersama dengan sang ayah.

Bukannya Jean menolak akan ajakan ayahnya, ia hanya belum siap dengan apa yang akan terjadi kedepannya. Pasti rasa tidak enak kepada keluarga baru ayah itu terus menyelimutinya.

Jean memilih waktu yang cocok untuknya menerima ajakan sang ayah. Entah hal itu akan terjadi atau tidak, yang jelas sampai detik ini juga dirinya benar-benar masih kecewa dengan apa yang ayahnya berikan.

Lelaki itu membaringkan tubuhnya yang sedikit terasa sakit. Rasa pegal dan linu itu semakin terasa saat ia baru saja selesai dengan kegiatan olimpiade nya.

Biasanya dulu saat nenek masih ada disisinya, wanita itu akan membuatkan sebuah minuman cokelat dan juga membatunya untuk memijit bagian yang terasa sakit. Tidak seperti sekarang, ia benar-benar ditinggal pergi oleh orang tersayang nya.


Sembari menunggu adzan subuh tiba, lelaki itu memandangi langit-langit kamarnya yang sama sekali tidak menarik. Lelaki itu berpikir, apakah cukup dengan biaya yang peninggalan sang nenek untuk mereka berdua? Sedangkan waktu terus berjalan, keduanya tentu saja akan memerlukan biaya yang cukup banyak.

Sebagai anak sulung tentu saja rasanya sesulit ini, ia harus memikirkan nasib kedepan untuknya dan adiknya.

Helaan napas kasar terdengar dari mulut lelaki itu. Kedua tangannya ia letakkan dibawah kepala sebagai bantalan sembari berpikir.

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang