________________________________
Kedua mata yang sedari tadi ia usahakan untuk terus terbuka itu, kini nengerjap pelan disaat terdengar suara semua murid-murid yang berusaha kembali kebangkinya masing-masing.
Naren bisa melihat seisi ruangan kelas yang begitu hening karena sang guru kini telah masuk kedalamnya.
Pemuda itu mengusap kasar wajahnya yang sedari tadi ia sembunyikan diantara lengan yang dilipat diatas meja. Kedua matanya terasa berat, bukan dalam artian kantuk, melainkan berat karena terus menahan rasa pening yang selalu menyerang dirinya.
"Em... Naren, " panggil seseorang yang kini berada duduk disebelahnya. Raka terlihat seperti orang yang tengah ragu saat ini, entahlah, mungkin karena statusnya sebagai murid baru dan juga dirinya yang masih belum mengenal pasti semua orang didalam kelas ini, membuat dirinya terlihat ragu-ragu untuk memanggil.
Sebelumnya keduanya sama sekali belum berkenalan sejak pagi tadi, hanya saja Raka bisa melihat dari name tag yang berada di baju teman sebangkunya itu, memudahkan dirinya untuk mengetahui siapa nama murid tersebut.
"Iya, kenapa? " Jawabnya dengan mengusap sebelah matanya bertujuan agar tidak terpejam saat ini juga.
"Gue masih baru disini, gue gak punya buku LKS nya. Jadi, gue boleh liat punya lo? "
"Boleh, kenapa enggak. "
Naren memasukkan sebuah kertas yang semula telah ia tulis diatasnya kedalam sebuah tas yang berada di belakangnya itu. Entah sebanyak apa kertas-kertas berbentuk pesawat yang berada didalam tasnya karena sejak kemarin ia sama sekali belum mengeluarkan benda-benda itu dari sana.
Jika dilihat-lihat, entah memang wajahnya seperti itu atau ada hal lain dibaliknya. Naren terlihat pucat, dan juga di sudut bibirnya terlihat seperti sebuah luka yang telah mengering. Ingin bertanya, namun Raka sadar ia hanyalah murid baru dan belum kenal pasti dengan teman sebangkunya itu.
"Ini, " ucap Naren setelah mengeluarkan sebuah benda yang terbuat dari kertas itu lalu memberikannya kepada lelaki yang berada di sampingnya. Tentu saja Raka berucap terimakasih kepada Naren, setelahnya keduanya kini lantas segera fokus dengan keberadaan guru di depan sana.
Sejak pagi tadi, pening itu sama sekali belum hilang-hilang juga dari kepalanya. Membuat Naren cukup kesulitan untuk mempelajari pelajaran hari ini.
Perlahan ia kembali meletakkan kepalanya diatas meja dengan tumpuan kedua tangan yang dilipat. Bukannya tidak ingin memperhatikan pelajaran, hanya saja ia benar-benar merasa sangat sakit hari ini. Entah itu di kepala maupun didalam perutnya.
Jujur saja, Naren ingin sekali pulang kerumah, ia ingin mengistirahatkan kembali badannya yang benar-benar terasa amat sakit. Tidak kuat jika harus menahan semuanya sendiri.
"Raka, "
Seseorang yang tengah membuka halaman demi halaman buku LKS disebelahnya itu lantas segera menoleh ke sumber suara. Ia bisa melihat wajah Naren yang menoleh namun masih tetap ia letakkan diatas mejanya.
"Temenin gue ke UKS, m-mau? " Terlihat sebelah tangan kanan Naren kini ia gunakan untuk memegangi perutnya kembali. Benar-benar rasanya begitu panas di dada. Ah, entahlah apa yang tengah terjadi didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Roman pour AdolescentsMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...