22. [KEPERCAYAAN]

1K 134 1
                                    






____________________________________

Tidak peduli jika hari ini ia dilaporkan membolos kepada sang guru, Jean benar-benar tidak memiliki cara lain selain seperti ini.

Ia benar-benar panik. Bagaimana tidak, saat ingin mengantarkan adiknya kembali ke UKS, tiba-tiba tubuh Naren tumbang begitu saja di lantai, dan itu tentu saja membuat kakaknya ketakutan jika terjadi sesuatu hal fatal nantinya.

Dengan bantuan taksi, kini ia berhasil sampai didepan bangunan besar yang didalamnya banyak sekali orang yang tengah berobat.

Kali ini Jean benar-benar panik bukan main, entah mengapa adiknya tiba-tiba saja langsung jatuh pingsan saat ia ajak kedalam UKS tadi. Beberapa kali lelaki itu mencoba cara agar Naren kembali membuka kedua matanya, namun tidak ada sama sekali jawaban yang diberikan oleh pemuda itu.

Naren benar-benar merasa kesakitan. Ia bahkan tidak kuat lagi untuk sekedar mempertahankan kesadarannya yang kini akhirnya telah terenggut. Rasanya benar-benar sakit, seakan-akan ada sesuatu yang menusuk didalam perutnya.

Jean tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan adiknya itu, ia kini tengah menunggu didepan ruangan dimana Naren dilarikan kedalamnya. Menunggu jawaban dari dokter, dan tentunya ia tidak lupa juga memanjatkan doa untuk kebaikan kedepannya.

Masih dengan seragam sekolahnya, lelaki itu menunggu sang adik yang masih berada didalam sana. Jean tidak mempedulikan dengan keberadaan tas nya yang masih berada dikelas, ia tidak begitu peduli mau hilang ataupun tidak, yang ada dipikirannya saat ini adalah kondisi Naren didalam sana.

Jean jadi teringat dengan ucapan Naren tadi, lelaki itu baru saja keluar dari dalam UKS. Berarti, sudah lama adiknya itu berada disana. Ia tidak tahu sakit apa yang diderita Naren hingga seperti ini. Yang jelas Jean bisa melihat adiknya yang terus memegangi perut kesakitan.

Ini kali pertamanya lelaki itu mendapati Naren yang sudah lemas dan pingsan. Ia hanya perlu mendengarkan penjelasan dari dokter saat ini.

Segala ucapan doa, ia panjatkan terus didalam hatinya, dengan kedua tangan yang menadah dipangkuannya.

Tidak memerlukan waktu lama, sebuah pintu putih yang semula tertutup itu kini terbuka menampilkan seorang dokter yang baru saja keluar dari sana. Jika dilihat-lihat, mungkin umurnya masih sekitar dua puluh sembilan tahunan.

Tanpa berlama-lama, Jean langsung berdiri meminta penjelasan dari mulut dokter itu. Ia ingin tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi dengan Naren didalam sana.

"Dokter, gimana keadaan adek saya? "

Terdengar helaan napas dari mulut pria itu. "Asam lambungnya naik, badannya juga sedikit panas. Sejak kapan dia gak makan? "

Jean memegang keningnya sendiri. Ia merasa begitu bodoh karena membiarkan Naren selama itu.

Sejak kejadian kemarin bahkan Jean sama sekali tidak melihat adiknya sekedar keluar dari kamar. Dan pagi tadi, ia masih merasa kesal dengan Naren sehingga memilih untuk berangkat sekolah terlebih dahulu tanpa memberikan uang saku ataupun sekedar memasakkan makanan untuknya.

Melihat Jean seperti orang yang merasa bersalah itu, membuat sang dokter paham. "Dia udah sadar, cuman nunggu infusnya habis baru bisa pulang. Saya permisi sebentar, "

Harapan Kecil || Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang