___________________________
Jean memilih untuk pulang sejenak membersihkan diri dan mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian biasa. Sebelumnya lelaki itu telah berbicara kepada Naren jika dirinya akan pulang sejenak kerumah untuk mandi.
Naren berada dirumah sakit itu sendirian. Ia benar-benar merasa pusing karena suhu tubuhnya yang sama sekali belum menurun. Tubuhnya benar-benar merasa lemas, rasa lapar itu kini telah lenyap seketika, Naren menyisakan separuh bubur yang berada diatas nakas nya.
Perkataan Jean masih belum bisa menggambarkan jika lelaki itu sudah bersikap baik kepadanya. Memang jika dilihat dari sikapnya yang begitu khawatir dengan keadaannya, mampu membuat Naren yakin bahwa lelaki itu sudah tidak marah lagi kepadanya.
Namun terbesit sebuah rasa ragu didalam hatinya. Jika saja bukan karenanya, mungkin Jean tidak akan merasa kerepotan saat ini. Menurutnya, dirinya berada ditempat ini hanya membuang-buang uang saja. Naren jadi ingin secepatnya pulang dari tempat ini.
Sejak tadi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menatap kosong kearah depan. Tidak ada teman untuk mengobrol, Naren sangat bosan saat ini. Hanya terbaring lemah dengan infus yang tertancap ditangannya dan juga sebuah benda yang berada dikeningnya, hal yang sangat tidak ia sukai.
Suara pintu dibuka kini terdengar di Indra pendengarnya. Sebelumnya Naren mengira jika itu adalah kakaknya, namun saat ia lihat jas putih yang dikenakan oleh orang itu membuat Naren kembali menarik perkiraannya.
"Permisi... "
Terlihat dokter bername tag 'Zidan' itu kini datang kearahnya dengan sebuah benda yang didalamnya terdapat sebuah cairan berwarna merah jambu yang berada disebelah tangannya. Ia tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh lelaki itu.
"Dokter, infusnya udah mau habis. Naren udah boleh pulang, kan? " Tanyanya dengan wajah yang terlihat begitu pucat.
"Dokter tambahin satu lagi, ya? Tubuh kamu kekurangan cairan. Nanti malem baru boleh pulang, ya? " Dokter Zidan itu tersenyum, namun berbeda dengan Naren yang masih memandang sendu kearahnya. Entah nanti akan ditambah lagi atau tidak, yang jelas Naren benar-benar sudah tidak ingin lagi benda itu diganti kembali.
"Dokter, kakak nungguin aku dirumah. Gak papa ya gausah di kasih? Naren bisa jaga diri sendiri, dok. "
"Kakak kamu bentar lagi bakal kesini, Naren. Tadi dokter udah bilang sama dia kalo infus kamu ditambahin lagi biar tubuh kamu bisa fit. Tenang, ya? Jean pasti bisa ngerti. "
Dengan ragu-ragu pemuda itu mengangguk. Bukannya tidak mau, hanya saja Naren tidak ingin membuat kakaknya kembali membuang waktu hanya untuk menjaga dirinya ditempat ini. Menurutnya, semua ini terjadi karena kesalahannya sendiri, karena kelemahan tubuhnya.
Helaan napas terdengar dari mulut Naren. Pemuda itu membiarkan dokter Zidan untuk mengganti cairan infusnya dengan yang baru. Memang tubuhnya terasa begitu lemas, namun Naren yakin jika saat ini pasti ia bisa secepatnya pulang.
"Dijaga ya pola makannya. Nanti maag kamu kambuh lagi, bakalan sakit rasanya. "
Naren hanya mengangguk menanggapi ucapan dokter itu. Ia paham rasanya memang sesakit ini diarea perut, beberapa kali rasa perih itu terus terasa seakan ada sesuatu yang menghujam didalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...