_______________________________
Seperti yang telah diberitahukan oleh dokter, kini Naren sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Untunglah tidak sampai menginap ditempat tersebut.
Keduanya pulang menggunakan sebuah taksi online yang sebelumnya telah Jean pesan. Sengaja lelaki itu memesan taksi via online karena menurutnya menunggu taksi lewat diluar tentu saja sangat lama dan ia tidak ingin dihawa dingin seperti ini akan membuat adiknya kembali sakit.
Keduanya telah sampai didepan rumah, Jean mengantar terlebih dahulu Naren menuju ke kamarnya yang terletak dilantai dua.
"Kakak buatin makanan dulu ya? Habis itu minum obatnya, kamu gak boleh telat makan kata dokter. "
Hanya sebuah anggukan yang Naren berikan. Lelaki itu lebih memilih untuk menyandarkan tubuhnya kembali ke tumpukan bantal yang terdapat dibelakang punggungnya.
Saat dirumah sakit tadi, pemuda itu sengaja tidak menghabiskan makanan yang berupa bubur karena ia rasa sama sekali tidak enak. Mungkin karena pengaruh dari demamnya membuat Naren menjadi tidak selera untuk menghabiskan makanan itu. Jika tadi ia teruskan, rasanya seperti ini muntah saja ditempat.
Naren merasa terlalu banyak membuat kakaknya kelelahan seperti saat ini. Bahkan kini ketika mereka baru saja sampai didalam rumah, Jean langsung membuatkan dirinya makanan didapur tanpa mempedulikan tubuhnya sendiri yang mungkin sudah lelah dengan kesehariannya saat ini.
Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membalas perbuatan kakaknya. Menurut Naren, ia lah penyebab tubuh lelah sang kakak.
Tidak perlu menunggu lama, kini Jean telah masuk sambil membawa semangkuk bubur yang terbuat dari nasi itu. Entah rasanya hambar atau apa, Naren tidak terlalu mempedulikan nya. Yang terpenting ia segera makan karena menurutnya itulah caranya menghargai pemberian sang kakak.
"Maafin Naren ya, kak... "
Kening Jean mengernyit bingung. Ia tidak tahu mengapa adiknya tiba-tiba saja mengucapkan kalimat itu, kalimat yang sama sudah beberapa kali ia dengar ketika mereka berdua masih berada dirumah sakit.
"Kenapa? "
"Kakak bolos gara-gara aku, pasti sekarang lagi kecapean. Sekali lagi maaf, Naren cuman bisa ngerepotin kakak doang... " Kepala itu tertunduk, membuat Jean penasaran dengan apa yang sebenarnya adiknya maksud. Ia lantas segera memajukan kepalanya untuk melihat wajah itu semakin dekat.
"Kenapa bilang kaya gitu? Kan sekarang hidupmu udah jadi tanggung jawab kakak, Na. Sekarang kita cuman berdua, kakak cuman punya kamu, dan gitu juga sebaliknya. "
Mendengarkan ucapan Jean entah mengapa membuat hati Naren sedikit sakit. Sekarang mereka benar-benar hanya berdua, tanpa seseorang yang berada disebelah mereka. Benar kata Jean jika saat ini yang ia miliki hanyalah sosok kakaknya, maka dari itu Naren menjadi takut jika suatu saat nanti Jean akan membencinya.
"Kenapa diem? Kakak salah ngomong, ya? "
Naren segera mendongakkan kepalanya. Ia lantas segera menggeleng, tidak ingin jika kakaknya berpikir yang tidak-tidak.
"Bukan gitu... "
Jean mengangguk seolah ia mengerti dengan ucapan adiknya. "kalo gitu sekarang makan dulu, nanti kalo kamu udah bener-bener sembuh, kamu baru boleh sekolah. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kecil || Jaemin ✓
Teen FictionMenaruh kepercayaan kepada manusia adalah sebuah kesalahan. Sebuah harapan kecil yang ditaruh kepada seseorang yang sangat ia percayai, nyatanya itu semua hanyalah omong kosong belaka. Dengan begitu cepat, semuanya berubah. _______ Lokal ver Start...