Part 004

269 28 10
                                    

¡Hola! Zesi is back, sksk!
Nggak mau banyak basa-basi<3
–Happy Reading–

❄⛄❄

Paris—French.

Fabio Quartararo. Selama hidupnya dia selalu berambisi untuk menjadi nomor satu. Berhasil meraih gelar juara dunia pada tahun ketiganya di kelas para raja menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi Fabio. Apalagi di tahun pertamanya dia juga mendapat predikat Rookie of the Year. Fabio selalu bisa menjadi kebanggaan bagi keluarga, tim, dan penggemarnya.

Namun lebih dari itu Fabio selalu takut. Dia selalu takut untuk gagal dan mengecewakan orang-orang yang selalu membanggakan dia. Keluarganya masih akan tetap mendukung walau Fabio gagal berkali-kali. Tim akan melakukan segala cara untuk membuat Fabio menjadi pembalap terbaik mereka. Namun penggemarnya, Fabio tidak bisa jika harus mengecewakan mereka. Kemenangannya adalah harga diri mereka. Itu yang pernah Fabio dengar dari salah seorang penggemar ketika bertatap muka lewat virtual.

Sejak sore tadi, Fabio tak menyentuh ponselnya barang sekali. Bahkan ketika di perjalanan pulang ke Perancis, laki-laki itu sibuk melamun dan mendiamkan Evelyn seakan gadis itu tak ada di sisinya. Dia sibuk merenungi kegagalan yang terjadi saat balapan tadi siang.

Mobilnya berhenti tepat di depan gedung apartemen milik pacarnya. Tatapan laki-laki itu masih lurus—menerobos cahaya malam yang temaram. Gadis di sampingnya bahkan tak ia hiraukan. Selalu seperti ini. Ketika gagal sekali maka Fabio akan merenunginya untuk waktu yang lama. Bukan bersemangat dan kembali bangkit—mempersiapkan untuk hal yang akan datang.

Evelyn memusatkan perhatian pada laki-laki di sampingnya. Tangannya bergerak kemudian mendarat di atas punggung tangan Fabio yang masih setia memegang kemudi padahal mobilnya sudah berhenti.

Menoleh sedikit, tatapan Fabio tampak datar. Seperti orang yang sudah kehilangan semangat hidup padahal perjalanan hidupnya masih sangat panjang.

“Fab?” panggil Evelyn. “Bisakah kau jangan mendiamkan aku? Sejak tadi kau tak bicara padahal aku selalu mengajakmu bicara. Kau gagal hari ini, tapi bukan berarti hidupmu berakhir.”

Masih tidak ada jawaban. Bahkan Fabio kembali membuang pandangan dari Evelyn. Semangat yang sempat ada dalam dirinya tiga hari lalu hilang di entah kemana. Tak berbekas sama sekali.

Tak ingin pacarnya makin lama diam seperti ini, Evelyn mengambil tangan Fabio dan memberikan kecupan lembut. Hal itu sukses menarik atensi Fabio untuk menatap wajah Evelyn yang selalu ada untuknya itu. Wajah penuh kasih sayang yang ditunjukkan gadis itu menyentil hati Fabio. Bahkan seteleh Fabio mendiamkannya, Evelyn tetap sabar menghadapinya. Fabio kadang dibuat tidak mengerti terbuat dari apa hati Evelyn ini. Menghadapinya yang selalu kekanakan.

“Aku benci harus pulang tanpa poin. Rasanya sia-sia aku melewati perbatasan negara ini.” Suaranya terdengar setelah sekian lama diam. Suaranya terdengar parau dan penuh kesedihan. Kelemahan Fabio; kegagalan. Jika dia gagal maka mentalnya akan terguncang. Ia selalu membutuhkan orang yang memahaminya di saat seperti ini. Fabio sudah menemukannya; Evelyn Teresa Guerrero.

Tangan Evelyn yang tadinya mengenggam tangan Fabio kini beralih membingkai wajah laki-laki itu. Diberinya kecupan lembut di pipi Fabio oleh gadisnya. Sebersit senyum kecil menghiasi wajah Evelyn. “Meski begitu kau tetap hebat. Bahkan dari posisi ke-tujuh belas, kau bisa sampai di posisi ke-empat. Di lihat dari sudut mana pun kau tetap hebat. Kau sangat hebat, baby.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang