Part 038

65 4 0
                                    

Paris—French.

Ternyata keadaannya jauh lebih rumit dari yang Fabio kira. Setelah diamankan oleh kepolisian Victoria, dirinya langsung diterbangkan ke Perancis malam harinya. Fabio terpaksa merelakan balapannya karena kasus ini. Tim juga sudah mengonfirmasi kalau Fabio mundur dari Australian Grand Prix karena terjerat kasus kecelakaan yang terjadi dua tahun lalu dan baru terbongkar hari ini.

Fabio pikir kalau bukti yang bisa menjerat dirinya hanya video dari kamera dashboard yang sudah lenyap dua tahun lalu. Namun ia salah, bahkan polisi dengan pintarnya mencari bukti kemana saja Fabio pergi malam itu. Mobilnya terekam melewati jalur tempat kecelakaan terjadi. Karena jalan itu termasuk jalanan sepi yang jarang di lalui kendaraan, CCTV terakhir merekam hanya dua mobil yang lewat. Mobil pertama milik Ancel dan yang kedua milik Fabio. Setelahnya tak ada mobil yang melewati jalan itu kecuali ambulans yang mendapatkan panggilan dari seorang pejalan kaki kalau dia menemukan seseorang dalam keadaan sekarat di sana.

Fabio pikir bukti itu sudah lenyap. Fabio percaya pada Tom kalau dia sudah melenyapkan bukti itu. Namun ternyata masih saja tersebar. Memang benar, sepintar-pintarnya kita menyembunyikan bangkai, baunya akan tetap tercium.

Mengenai Evelyn, gadis itu tidak bicara apa pun padanya saat mereka sudah tiba di Perancis. Evelyn berusaha fokus menjaga Ace dan Alice yang ketakutan. Karena begitu mereka mendarat di Bandara Internasional Paris, wartawan langsung mengerubungi Fabio layaknya pemangsa.

Evelyn masih sempat mengantar Ace dan Alice ke rumahnya karena orang yang selalu Fabio andalkan dalam segala hal tidak diketahui keberadaannya.

Memang sejak Sabtu malam, Fabio tidak lagi melihat Tom. Ketika orang tua Fabio menghubungi pun dia tidak mengangkat panggilan barang sekali.

Namun laki-laki itu kini datang. Menemuinya dan tersenyum melihat sahabatnya dalam balutan baju tahanan.

“Jadi bagaimana rasanya?” tanya Tom sembari tersenyum miring.

Fabio menatapnya datar. Ia mendadak tidak suka melihat wajah yang selalu dibutuhkannya itu. Sosok yang selalu diandalkannya. “Kau yang melakukannya?” Susah payah Fabio mencerna semua yang terjadi. Bagaimana bukti itu bisa tersebar luas di media bahkan lebih dulu sampai di tangan Mr. Bellinor. Namun di tengah kekalutannya, Fabio menyadari satu hal. Hanya satu orang yang tahu perbuatannya dan di saat kabar itu beredar, sosok yang ia percaya tiba-tiba menghilang. Lalu kini muncul dengan senyum penuh kemenangan.

Tom masih tidak menjawab. Ia sibuk memandang mata Fabio yang sudah berkaca penuh rasa kecewa.

“Kenapa?!” tanya Fabio dengan getir.

“Sikapmu. Kau mungkin tidak sadar, tapi sikapmu membuatku muak,” jawab Tom.

Fabio menyatukan kedua alisnya. Ia masih belum bisa mencerna yang Tom maksud.

“Kau, semua perintahmu, dan bagaimana kau merendahkan aku di hadapan yang lain seolah aku bukan sahabatmu tapi kacungmu. Apa kau pikir aku tidak muak harus melihatmu bermesraan dengan kekasihmu itu sementara aku harus selalu berada di sampingmu seperti kacung?! Membawakan barang-barang pacarmu yang seharus itu menjadi tugasmu. Kau bahkan selalu mencegahku untuk menemui Brigitte dan menghabiskan waktu dengannya. Untuk apa?! Untukmu. Kau menghancurkan semua rencanaku. Kau mungkin tidak tahu seberapa sering aku dan Brigitte bertengkar karena aku selalu membatalkan janji yang sudah kukatakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kau terlalu pemaksa, kau juga egois. Meski aku mendapatkan bayaran yang setimpal, tetap saja dengan kau yang selalu menganggapku bodoh, itu melukai harga diriku.”

Kalimat panjang penuh kejelasan serta rasa benci yang kini sudah meluap menyadarkan Fabio akan satu hal. Sikapnya selama ini yang salah. Sikapnya lah yang menghancurkan persahabatan mereka. Fabio memberikan perintah akan tetapi menempatkan Tom sebagai seseorang yang kurang dihargai. Ia terlalu pemaksa ketika seharusnya ia sadar kalau Tom juga memiliki kehidupannya sendiri.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang