Part 031

57 5 0
                                    

Paris—French.

Fabio menyugar rambutnya yang setengah basah di depan cermin. Dia baru saja mandi lima belas menit yang lalu. Ponselnya yang semula berada di atas nakas berdering. Gegas laki-laki itu mengambil benda pipih yang sudah menampilkan nama keponakan kesayangannya, Alice.

“Halo?” sapa laki-laki itu lebih dulu.

Apa kau senggang?” Alice langsung melempar pertanyaan perihal jadwal Fabio tanpa menjawab sapaan pamannya.

“Tidak. Aku sibuk. Kenapa? Apa Mamá menyuruhku pulang?”

Bukan Grandma. Aku yang ingin kau pulang. Uncle, aku sangat bosan. Ini kan Summer tapi kau sama sekali tidak mengajakku keluar. Sangat menyebalkan!” Alice merajuk. Fabio bisa mendengar sedikit kalau gadis kecil itu terisak.

Fabio mendesah lelah. Seringnya ia tidak bisa menolak permintaan Alice, tapi karena suasana hatinya yang kurang baik, Fabio menberikan jawaban yang lantas membuat Alice kecewa.

“Aku tidak bisa pulang sekarang. Tidak dengan pekan depan atau bulan depan. Kalau ingin keluar kau ajak Grandpa dan Ace saja. Beli apa pun yang kalian mau, aku akan mengirim uang.” Setelah kalimatnya itu Fabio langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Alice.

Suasana hati Fabio sedang tidak baik-baik saja. Kegagalan yang dia dapat ketika balapan dan kenyataan bahwa sekarang Evelyn bersama Arthur menjadi kombinasi yang pas untuk membuat Fabio acuh pada yang lain dan mementingkan sakit hatinya.

Fabio baru akan meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas akan tetapi satu panggilan dari Alice kembali masuk. Fabio berdecak kesal. Gadis kecil itu tidak akan berhenti sebelum kemauannya dituruti.

“Apa lagi?!” sentak Fabio tiba-tiba.

Serius Fab ini kalimat sapaanmu untuk Mamá?”

Fabio langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau sudah begini tidak akan berakhir baik. Jika Alice sudah mengadu pada ibunya mau tidak mau dia harus pulang dan menuruti keinginan gadis itu.

“Maaf, aku tidak bermaksud. Kupikir Tom yang menelepon,” dustanya.

Sempatkan waktu untuk pulang walau hanya sehari. Jangan terlalu sibuk dengan profesimu hingga lupa dengan keluargamu!” Kalimat yang diucapkan dengan tegas itu tidak bisa Fabio bantah waktu hanya dengan kata tidak.

“Akan aku usahakan, tapi tidak janji.”

Setelahnya panggilan berakhir. Fabio mendesah lelah. Laki-laki itu keluar dari kamarnya. Setelah mengambil air mineral di dalam kulkas, dia berniat masuk ke ruang santai yang berada dekat dari dapur. Tom ada di dalam sana tapi tidak ada suara laki-laki itu. Biasanya ia akan menyetel musik dalam volume yang kencang dan mengikuti alunan nadanya.

Fabio membuka pintu. Ternyata Tom sedang menatap layar laptop yang Fabio tidak tahu persis apa isinya. Saat menyadari kedatangan Fabio, Tom buru-buru menutup laptopnya secara paksa bahkan tidak peduli jika itu akan merusak komponen.

Segera laki-laki itu memasang cengiran lebar. Fabio sendiri acuh akan hal yang baru saja dilakukan sahabatnya.

“Kau sedang menonton film dewasa, ya? Buru-buru sekali ketika aku datang,” candanya.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang