Part 040 [Last Part]

180 13 0
                                    

Barcelona—Spain.

10th Years Later....

”Evelyn, apa kau gila?! Mengambil cuti selama sebulan?! Why? Kau memiliki masalah mental atau apa?” Teriakan Clarisa membuat beberapa pasang mata yang ada di ruangan itu melirik sinis dari kubikel masing-masing pada dua orang yang sekarang sedang adu pandang.

Sedetik kemudian Evelyn memalingkan wajah dari Clarisa yang tampaknya sangat keberatan dengan keputusan gadis itu untuk mengambil cuti selama sebulan dengan alasan ia ingin menyegarkan pikiran di kota yang tidak pernah ia jamah lagi.

“Aku baik-baik saja. Itu hanya alasan kecil agar aku bisa mengambil cuti. Kau tahu sendiri kan kalau kekasihmu itu tidak akan memberikan izin secara cuma-cuma? Sekali izin saja aku mendapatkan potongan dua kali gaji. Dia yang gila, bukan aku,” tekan Evelyn sembari terkekeh pelan. Ia tidak serius dengan ucapannya yang mengatakan kalau kekasih Clarisa yang merupakan atasannya itu gila.

“Oh, C‘mon! Bagiku kau sudah kehilangan akal.” Kemudian Clarisa menjatuhkan diri di kursi miliknya masih dengan menatap aneh pada Evelyn yang kini tengah membereskan beberapa barangnya yang tidak akan ia pakai sebulan kedepan. “Kau hanya cuti kan? Tapi seakan-akan kau tidak akan pernah kembali?”

“Serius, Cla. Aku hanya akan mengambil cuti selama sebulan. Ada seseorang yang harus kutemui di sana,” ujarnya setengah bercanda sembari terkekeh pelan lagi.

“What?! Who‘s he?!” Lagi, Clarisa kembali berteriak dan membuat Jose menghardik sebal dari balik kubikelnya.

“Tidak bisakah kau jangan berteriak?! Kau menganggu!”

Clarisa mengabaikan dan balik mendengus kesal. Ia kembali pada Evelyn. Kembali bangkit dari duduknya dan mengelus pelan rambut Evelyn disaat gadis itu masih mengemasi beberapa barangnya.

”Sayang, jadi siapa yang ingin kau temui? Apa aku boleh tahu?” rayunya dengan berbisik tepat di telinga gadis itu.

”Someone!” ucapnya. Evelyn lalu berbalik meninggalkan Clarisa yang kini terbengong menatapnya yang pergi begitu saja tanpa penjelasan yang ia inginkan.

Sejauh ia mengenal Evelyn tak sekalipun gadis itu terlibat hubungan dengan siapa pun. Padahal mereka sudah saling mengenal nyaris sembilan tahun. Sejak Evelyn menamatkan pendidikan tingginya, gadis itu bergabung dengan perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan dimana gadis itu berada di bagian divisi penjualan. Pun dengan Clarisa yang memiliki nasib sama dengannya.

Sampai di basement, Evelyn gegas masuk ke mobil setelah memasukkan barang-barangnya ke bagasi. Ponselnya berbunyi nyaring. Ia gegas mengangkat panggilan itu yang rupanya dari kakaknya.

“Halo, Kak?” sapanya lebih dulu.

“Aunty!!!” Pekikan dari seberang sana lantas membuat gadis itu tersenyum.

“Gab, how are you, Baby?” sapanya pada gadis kecil lucu di seberang sana.

”I'm fine, Aunty! How about you?”

“Aku sama baiknya sepertimu. Omong-omong dimana ayahmu? Aku ingin bicara.”

Daddy is here! Hang on!”

Evelyn tersenyum. Ia bangga pada Gabriella yang begitu menurut pada siapapun. Putri pertama kakaknya itu bukan tipe pembangkang. Kurang dari satu menit suara laki-laki yang kini sudah menjadi ayah untuk anak berusia tujuh tahun itu terdengar dari balik telepon.

“Halo?” sapanya.

“Aku sudah lama tidak menelepon. Maaf, Kak. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini.”

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang