Part 007

153 17 0
                                    

¡Hola! I'm back. Happy reading, guys.
❄⛄❄

Paris—French.

Selama dua jam terakhir ini Evelyn cukup resah lantaran tugasnya yang harus dikumpulkan besok pagi belum ia selesaikan. Karena terlalu sibuk dengan pacarnya setelah selesai kuliah tadi ia sampai melupakan hal penting itu. Sebisa mungkin ia mengumpulkan konsentrasi—mengetik beberapa kata di layar laptopnya. Sangat sulit baginya untuk fokus lantaran pacarnya masih ada di sini.

Begitu tahu kalau Evelyn belum menyelesaikan tugasnya, Fabio memutuskan untuk menemani hingga gadis itu selesai. Anggap saja sebagai tanggung jawab karena sudah menyita waktu pacar tersayangnya itu.

“Jangan panik, Sweetheart. Aku akan menemanimu hingga kau selesai.”

“Ini sudah waktunya tidur, Fab. Kau bisa pulang. Lagi pula dengan adanya kau di sini aku jadi tidak fokus,” sahut Evelyn. Matanya masih lurus memandang monitor sementara tangannya bergerak di atas keyboard dengan lincah tanpa melihat ke arah ketikan.

“Kenapa begitu?” tanya Fabio.

Evelyn melengos ke arah pacarnya. “Jantungku berdebar jika kau menatapku terus!” balasnya dengan ketus lalu memalingkan wajah dan fokus pada tugasnya. Mencoba fokus tetapi sulit karena kekehan Fabio.

“Oke, oke. Aku akan menjauh kalau begitu. Aku duduk di sana, ya?” Laki-laki itu meminta persetujuan pacarnya sembari menunjuk bangku di balkon.

Evelyn menganggukkan kepala tanpa menoleh lagi.

“Jika kau sudah tidak kuat lanjutkan besok saja, tapi jika masih sanggup aku akan tetap di sini agar kau tidak sendirian,” ucap Fabio sebelum beranjak dari duduknya.

“Hmm.”

Empat puluh lima menit kemudian Evelyn selesai dengan tugasnya. Gadis itu merentangkan kedua tangan guna meregangkan otot-ototnya yang kaku.

Setelah membereskan barang-barangnya, tungkai gadis itu berjalan ke arah balkon. Melihat apa yang dilakukan pacarnya di jam dua belas malam ini.

Tidak Evelyn sangka ternyata Fabio sudah terlelap dengan salah satu tangan yang menutupi wajahnya. Kakinya menjuntai di atas lantai. Evelyn mendekat untuk melihat wajah kesayangannya itu lebih dekat. Fabio sangat tampan dalam tidurnya. Gadis itu terkekeh kecil, sebuah ide muncul di otaknya. Ia bangkit dan mengambil ponselnya yang masih terletak di atas meja ruang tamu.

Ia kembali lagi lantas mengambil beberapa foto Fabio yang sedang tidur. Hal seperti ini tidak boleh dilewatkan.

“Eve, apa yang kau lakukan di sana?”

Evelyn nyaris melempar benda pipih di tangannya itu karena terkejut akan suara Ancel yang datang tiba-tiba. “Dia belum pulang?” tanya laki-laki yang baru tersadar dari tidurnya.

“Fabio menemaniku mengerjakan tugas, Anc.”

“Ya sudah suruh dia pulang jika kau sudah selesai dengan tugasmu. Bangunkan dia!” perintah Ancel.

Evelyn menggigit bibir bawahnya cemas. Tidak tega membangunkan Fabio yang sudah terlelap di alam bawah sadarnya. “Tapi Anc, tidak bisakah Fabio menginap saja? Ini sudah malam.”

“Kenapa kau begitu mengkhawatirkan dia? Fabio juga selalu pulang jam tiga dini hari dari club. Perjalanan dari sini ke rumahnya juga tidak memakan waktu yang lama. Jangan takut dia terbunuh di tengah jalan!” Ernest tiba-tiba bersuara. Entah sejak kapan dia muncul.

“Kau—” Evelyn geram. Untuk yang satu ini Ernest memang selalu ikut campur dan berperan sebagai profokator.

“Ada apa ini? Kenapa semua berkumpul di sini?” tanya Fabio, bingung. Laki-laki terbangun setelah mendengar sedikit keributan di dekatnya. Ia berusaha mengumpulkan kesadaran dan bangkit dari tidurnya yang kurang nyaman tadi. “Sweetheart, kau sudah menyelesaikan tugasmu?”

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang