Part 026

111 7 0
                                    

Paris—French.

“Pelan-pelan saja! Aku memegang tanganmu, Anc.”

Ancel Bailey Guerrero menyunggingkan senyum tipis di sudut bibirnya sebagai tanggapan atas ucapan Ofelia tadi. “Aku percaya padamu, selalu.”

“Omong-omong, kau sama sekali tidak memberi komentar tentang makanan yang aku masak. Apa rasanya tidak enak?” Usai membantu Ancel duduk di pinggiran ranjang, perempuan yang sudah lebih dari tiga tahun menemani Ancel itu mengeluarkan kekhawatirannya. Ia baru saja membantu Ancel makan malam. Lebih tepatnya mereka makan berdua di meja makan.

“Masakanmu selalu enak. Aku tidak berkomentar karena terlalu menikmati saja dan apa setiap masakanmu harus selalu aku komentari? Kau akan bosan mendengarnya.”

Ofelia terkekeh. “Aku mengerti. Kau sudah selesai maka aku akan pulang. Besok aku ada presentasi di depan klien baru dari Swedia. Aku akan datang lagi besok sore, Anc. Selamat malam.” Setelahnya Ofelia memberikan kecupan singkat di bibir Ancel. Berikut perempuan itu undur diri setelah mendapat persetujuan dari kekasihnya.

Ofelia baru akan membuka pintu apartemen Ancel untuk keluar dari sana akan tetapi pintu lebih dulu terbuka dari luar. Perempuan itu berhenti sejenak untuk memberi jalan pada seorang gadis yang juga menjadi pemilik tempat ini.

Evelyn, seperti biasa, dia melempar tatapan sinis pada Ofelia. Tanpa menutup pintu dia berjalan masuk tapi berhenti saat baru dapat lima langkah. Ia berbalik dan menghentikan Ofelia yang baru akan menutup pintu. Perempuan itu sudah ada di luar tapi berhenti karena mengerti tatapan Evelyn.

Meski sering datang kemari untuk melihat keadaan dan merawat Ancel, Ofelia tidak pernah bertegur sapa dengan Evelyn. Alasannya masih sama seperti alasan yang ia miliki dua tahun lalu. Mengabaikan Evelyn untuk fokus pada Ancel. Ofelia pikir untuk saat ini tidak ada gunanya mendekati Evelyn seperti yang sudah ia rencanakan dulu.

“Sampai saat ini aku masih heran, apa yang membuatmu bertahan dengan hubungan ini? Kau memiliki rencana besar apa, Ofelia?” ucap Evelyn, mengawali perbincangan. Suaranya terdengar sinis, begitu juga wajahnya yang sama sekali tidak terlihat ramah.

Ofelia berdehem pelan, berikut menanggapi, “Menurutmu apa rencanaku?” tantangnya.

“Aku juga bingung jika memikirkan itu. Kau yang punya jawaban. Ancel sudah tidak memiliki apa pun. Hidupmu juga bergantung padaku. Sebenanya apa yang membuatmu bertahan?! Bisa beritahu aku agar aku merasa lega?” pintanya.

“Kau yakin ingin tahu?”

“Ya, aku ingin tahu. Rencana besar apa itu.” Seperti biasa, Evelyn selalu menganggap remeh seorang Ofelia. Bahkan sampai saat ini ia masih mengharapkan Ofelia segera pergi dari hidup Ancel. Ia benar-benar takut kalau Ofelia akan menghancurkan hati Ancel seperti yang Fabio lakukan padanya.

“Aku mencintai Ancel dengan tulus. Perasaanku tidak main-main untuknya. Aku juga tidak memiliki rencana apa pun untuk kedepannya. Fokusku saat ini hanya ingin bekerja keras dan tetap bersama Ancel. Tidak peduli bagaimana kondisinya. Kami saling mencintai dan akan berusaha tetap bersama bagaimanapun keadaannya. Jika kau masih meragukan aku maka itu menjadi urusanmu. Aku tidak peduli pada apa yang akan kau lakukan. Tekanan apa yang akan kau berikan padaku agar menyerah pada Ancel. Selama ini aku berusaha keras mengabaikanmu agar tidak membuatku goyah. Mungkin akan tetap seperti ini. Aku tidak akan berusaha mendekatimu karena kau sangat sulit didekati. Biarkan waktu yang menunjukkan segalanya.” Setelah kalimat panjangnya Ofelia langsung pergi. Pintu ditutup dari luar.

Evelyn membatu. Ucapan Ofelia tadi sedikit menohok hatinya. Apa selama ini ia terlalu jahat pada perempuan sebaik Ofelia?

Gadis itu memejamkan mata sejenak lalu melangkah menuju kamar Ancel. Terlalu memikirkan Ofelia membuatnya sakit kepala.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang